I.
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara keempat
yang memiliki populasi terbesar didunia. hal ini tercatat terdapat 237 juta
jiwa lebih yang bermukim di indonesia pada tahun 2010. Meski begitu indonesia
masih belum tergolong dalam negara maju, melainkan hanya sebagai negara
berkembang. Pada bentuknya negara maju tidak hanya dinilai pada sumber daya
alam yang dimiliki meliankan juga sumber daya manusia yang memiliki kualitas
lebih. Hal inilah yang belum dimiliki oleh indonesia secara umum, yakni masih
kurangnya kualitas dari sember daya manusia tersebut. hal inilah yang coba
diperbaiki oleh bangsa indonesia dengan jalan meningkatkan kualitas dari
pendidikan itu sendiri sebagai tolak ukur memajukan sumber daya manusianya.
Pada dasarnya perbaikan kualitas manusia tidak hanya pada pendidikan saja
melainkan juga perlu disikapi dalam hal bentuk kebudayaannya.
Kebudayaan sendiri dapat diartikan
sebagai suatu hal mengenai tata cara hidup yang dihayati oleh masyarakat
tertentu yang terdiri dari cara berfikir, cara bertindak, dan cara
memanifestasikan segala sesuatu yang dianggap sakral baginya. Pada penerapannya
kebudayaan tidak perna lepas dari nilai dan norma yang dianut dalam masyarakat
tersebut. Hal ini menunjukkan kebudayaan merupakan hasil dari produksi individu
tersebut. pada dasarnya kebudayaan ini tentunya dibentuk sejak jaman nenek
moyang, terutama masyarakat agraris. Hal
ini dalam masyarakat agraris terdahlu memiliki pandangan untuk mengatur kehidupan baik dimassa
tersebut hingga massa kini, dalam prosesnya tentu disesuaikan dengan sikap dan
karateristik dari masyarakat, sehingga menyebabkan kebudayaan satu dengan
lainnya berbeda. Secara tak langsung
sebuah kebudayaan tentunya mampu dalam menentukan kualitas dari masing- masing
individu tersebut. hal inilah yang patut untuk dipahami yakni setiap kebudayaan
yang berbeda tentunya akan menghasilkan kualitas individu- individu yang
berbeda pula.
Pada pandangan david bidley dan
phlip bagby beranggapan bahwa kebudayaan merupakan sebuah konsep dan realitas. Sedangkan
pada pemahaman durkheim kebudayaan dipahami sebagai totalitas fakta-fakta
sosial yang bersifat immanen dan transenden. Pada satu pihak kebudayaan
berkerja dalam diri individu, membimbingnya untuk berperilaku menurut cara
tertentu pada pihak lain. Secara nyata hal ini menandakan bahwa kebudayaan
merupakan hasil produksi dari individu tersebut melalui aturan –aturan yang
disepakati berbentuk nilai maupun norma dalam produsi kognitifnya. Hal inilah
yang menjadikan kebudayaan tersebut terus berkembang, dikarenakan proses
berfikir tersebut. Pada penelitian sejak tahun 1976 dari Direktorat
Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Kemdikbud baru mencatat 67.273 warisan
budaya baik itu berupa budaya benda
maupun bukan benda, yakni meliputi 11.627 budaya benda tidak bergerak, 53.538
benda bergerak dan 2.108 budaya bukan benda. Hal ini tentunya mengindifikasikan
bahwa beragamnya kebudayaan indonesia dan nyatanya hal ini masih belum
keseluruhan dan terus akan berkembang.
Pada perkembangannya kebudayaan
tentunya mengalami perubahan. Hal ini didasarkan dimensi waktu, hal ini dapat
dilihat pada konteks modernitas dan tradisional. Terjadinya perubahan
kebudayaan ini tentunya tidak luput dari peran masyarakat sendiri. Timbulnya
modernisasi ini mengidikasikan bahwa masyarakat akan meningalkan apa yang
dianggap kuno baginya dan mengganti dengan hal- hal yang lebih menarik dan
baru. Ketertarikan akan hal ini dikarenakan masyarakat tersebut sudah bosan
dengan hal yang itu- itu saja, mereka tentunya mencoba memproduksi sendiri
budaya tersebut dari budaya asing.. Padahal pada tahap modernitas, tidak luput
akan pengadopsian dari bahaya negatif maupun positif culture asing, yang
senyatanya belum tentu cocok dengan budaya kita. secara nyata efek dari
perubahan budaya tersebut tentunya sangat besar. Hal semacam inilah yang
nantinya akan membawa masyarakat akan keterasingan. Sehingga masyarakat akan
melupakan siapa jati dirinya dan lebih melihat pada apa yang dibawah oleh orang
lain.kebudayaan yang ada dalam masyarakat sekarang pada umumnya merupakan
kebudayaan yang telah diadopsi oleh masyarakat itu sendiri atau merupakan
rekayasa kebudayaan. Sebuah kebudayaan murni sejatinya tercipta pada masyarakat
agraris yang dimana pada masyarakat tersebut masih belum terjemaah oleh
kebudayaan asing dan terlebih lagi mereka lebih sering untuk menutup diri akan
ketakutannya mengenai dunia luar yang tidak dikenalnya.
Pada proses perubahan kebudayaan
kini mengalami penurunan nilai- nilai.
Secara sadar perubahan kebudayaan tentunya secara perlahan tidak menitik
beratkan pada nilai maupun norma, melainkan hanya pada perkembangan teknologi
saja. Sedangkan nilai dan norma hanya sebagai tolak ukur masa lalu saja. Pada pemahamannya kita melihat dua bentuk
tata nilai yang berbada konteks. Pada hal yang pertama tentunya beberapa kaum
tradisional yang menginovasi akan nilai dan norma yang sudah mapan dijadikan
sangsi. Namun dititik lain yakni kaum modernitas lebih mengindahkan tentang
keberadaan nilai maupun norma tersebut dan hanya memfokuskan pada inovasi akan
teknologi, hal ini mereka beranggapan bahwa dalam hal ini merupakan sebab
akibat dari masa lampau.
Perubahan kebudayaan pada
masyarakat ini tenunya tidak dipertimbangkan baik buruknya oleh mereka. Hal ini
dapat dilihat dari efek yang ditimbulkan dari perubahan kebudayaan tersebut.
secara sadar masyarakat yang tidak siap akan perubahan tersebut mengalami
cultural lag, atau dapat disebut dengan keterkejutan akan budaya baru. Hal
menimbulkan spekulasi akan menimbulkan efek yang negatif dari perubahan budaya
ini. secara sadar kebudayaan mengalami perubahan secara sistemtis, yakni dalam
hal ini tentunya kita mampu melihat bagaimana masyarakat melakukan proses
pemikiran mereka mengenai budaya, baik dalam mempertahankan hingga memproduksi
maupun mengadopsi budaya tersebut. Pada konteksnya hal ini hanya akan
menimbulkan rekayasa budaya atau menimbulkan keterasingan pada masyarakat
agraris.
Kebudayaan yang dibentuk oleh
masyarakat modern hanya akan mengacu pada peradapan teknologi. hal ini menyebabkan masyarakat modern hanya
akan mengalami ketergantungan akan hal tersebut. Secara sadar kebudayaan yang
mereka ciptakan merupakan acauan mereka dalam melakukan tindakannya.
Pembentukan kebudayaan modern ini tentunya mengacu pada pengadopsian masyarakat
mengenai kebudayaan luar. Kebudayaan asing sendiri dijadikan acuan ataupun
diadopsi dikarenakan bagi mereka menarik dan patut untuk ditiru. Hal ini mereka
tidak mempertimbangkan budaya yang sudah terbentuk pada masa lalu, yang
tentunya akan tergerus akan budaya yang baru. Pada nyatanya saat ini kebudayaan
baru telah mendominasi dan telah menggerus akan budaya lama, meskipun masih ada
beberapa budaya lama yang masih bertahan pada era kerasnya budaya saat ini.
Pada perubahan budaya dalam
masyarakat ini tentunya tidak hanya meliputi pada konteks modernitas maupun
teknologi tetapi juga pada pendidikan. hal ini dikarenakan pada proses
pembentukan budaya juga dipengarui intelektualitas. Pemahaman ini dilihat pada
aspek pendidikan dalam masyarkat tersebut. pada pemahaman masyarakat tentunya
berbeda- beda mengenai pemahaman pendidikan. hal ini dapat dilihat dari
konteksnya yakni pada masyarakat tradisonal dan modern. Dalam hal ini tentunya
mempengarui akan pemahaman dalam perubahan kebudayaan tersebut. pada pemahaman
masyarakat teradisonal merupakan hasil produksi dari rakyat-rakyat kecil yang
masih lekat akan kebudayaannya sehingga norma dan nilai-nilai yang ada dalam
masyarakat tersebut masih tetap dijaga. Dalam nyatanya pada pendidikan
tradisional ini tentunya sangat sulit untuk merubah nilai dan norma yang dianut
dikarenakan mereka tetap memegang teguh akan nilai dan norma tersebut. Sedangakan dalam masyarakat modern
sebagaimana yang diketahui yang ditonjolkan hanya inovasi dari teknoloi itu
sendiri yang menjadi kebanggaan dari kalangan mereka. Hal dikarenakan mereka
lebih sering mengadopsi ataupun mengalkulturasikan akan kebudayaan mereka
dengan kebudayaan baru tanpa mengindahkan nilai maupun norma yang berlaku dalam
masyarakat tersebut.
Secara sadar proses pengprodukisan
pendidikan mereka tentu didasarkan atas apa yang mereka yakini. Hal ini
menjadikan pendidika bersifat dinamis, yakni berubah- ubah dalam konteksnya.
Semacam permasalahan inilah yang patut untuk dipahami. Dalam pendidikan sendiri
tidak hanya pemahaman mengenai nilai- nilai lama yang dipelajari namun juga
pembentukan akan nilai- nilai baru juga dibentuk dalam pendidikan tersebut. pada perubahan masyarakat pendidikan
tradisonal konteks pendidikan yang dirubah hanya sebagian kecil saja tidak
secara keseluruhan, dalam hal ini tentunya dapat dikatakan masih tahap mikro.
Pada pendidikan tradisonal sendiri tidak hanya menyadarkan tentang perubahan
secara mutlak namun juga hal ini menjadikan pendidikan tradisional lebih maju
dari pada sebelumnya. Hal berbeda lebih diakui dalam pendidikan modern, hal ini
dapat dilihat dalam perubahan nilai dan norma yang mereka anut, pendidikannya
tidak lagi lebih maju namun juga dapat dikatakan mengalami kemunduran metal.
Karena mereka sendiri mengindahkan akan berfungsinya nilai dan norma dalam
konteksnya dan lebih menekankan pada perubahan budaya itu sendiri. sehingga
mereka tergerus arus medernitas tanpa adanya penyaringan dalam pembentukan
kebudayaan baru tersebut.
Perubahan tanpa arah pada
masyarakat modern hanya akan menghilangkan nilai dan norma yang ada sebelumnya.
Pada dasarnya pendidikan sendiri dapat dikatakan sebagai kondisi atau wadah
dalam kelanjutan budaya. Pendidikan sediri diakui sangat penting sebagai kerjasama
yang inteljen dalam perubahan budaya. Pada umumnya masayarakat sendiri kurang
lebih ingin dalam menyeimbangkan kemampuan mereka dalam memprduksi perubahan
budaya tersebut yakni dengan jalan penerapan pendidikan dalam sekolah sekolah
terkini. Pendidikan yang diproduksi
tentunya sngat disesuaikan denga perubahan zaman maupun budaya saat ini. hal
ini bertujuan agar proses dalam pendidikan berjalan lancar dan masyarakat
sendiri tidak mengalami ketertinggalan informasi dalm konteks yang lebih luas.
Pensama rataan pendidikan dalam
konteks pendidikan tradisonal dan modern sudah diusahakan oleh pemerintah. Hal
ini dapat dilihat dari adanya peningkatan fasilitas maupun sumber pendidikan
yang memupuni dalam melakukan tindak ajar. Sebgai hal yang patut untuk dipahami
yakni pendidikan sendiri merupakan hal yang menjadikan peningkatan kualitas sumber
daya secara intelektual. Secara tak langsung dalam hal ini pendidikan menjadi
prioritas utama dalam hal menyikapi perubahan budaya. Secara implikasi
pendidikan tentunya sangat berguna tidak hanya bagi masyarakat kecil tapi juga
pada masyarakat secara umum. Hal ini juga dikarenakan pendidikan sendiri mampu
dalam meningkatkan modal sosial, status sosial, hingga kualitas pribadi.
Pencangkupan pendidikan sangat
luas. Hal ini dapat dilihat dari pemahaman mengenai metode maupun proses
pembelajaran yang berlangsung. Konsep pendidikan sendiri tidak hanya pada
tahapan sekolah namun juga pada masyarakat. secara pribadi pendidikan pada
masyarakat tradisional lebih berpengaruh pada implikasinya yakni masyarakat
sekitar dari pada mereka menindak lanjuti dalam pendidikan tingkat berjenjang.
Hal ini dikarenakan kebudayaan mereka yang lebih tertuju pada masyarakat dari
pada hanya sekedar pembahasan metode maupun teori. Bagi mereka pendidikan yang
terbai pada masyarakat tradisional yakni pada titik bertemu dan bergerak dalam
masyarakat. hal lain lebih ditunjukkan pada masyarakat modern yang lebih
terpuaskan pada pemahaman teori maupun metode, namun mereka lemah dalam
interaksi pada masyarkat. Hal inilah yang selayaknya pada perubahan budaya
untuk diperbaiki bagaimana proses dalam pengajaran kedua masyarakat yang
berbeda ini menjadi lebih baik. Sebagai tinjauan utama tentunya sangat
dihindarkan akan sifat individualistis mereka.
Pada proses menuju kebudayaan yang
baru, tentunya akan memberi dampak yang signifikan pada pendidikan. Dampak
tersebut tentunya ada positif maupun negatif. Pada prihal yang positif tentunya
kita disuguhkan dengan berbagai macam disiplin keilmuan yang baru sehingga
diharapkan mampu dalam bersaing dengan negara- negara asing, selain hal itu
tentunya dapat kita lihat juga bagaimana proses pembentukan keilmuan yang lebih
baik dari pada dahulu. Hal yang paling mencolok yakni semakin ditingkatnya
fasilitas baik sarana maupun prasarana dalam dunia pendidikan tersebut.hal ini
tetnunya ditinjau pada dampak positifnya, namun hal lain ditunjukkan dalam
dampak negatif, yakni tidak adanya filter bagi bangsa dalam menyaring
kebudayaan sehingga pendidikan tentunya juga memproduksi hal-hal yang sekiranya
negatif, selain itu pada era modern saat ini tentunya semakin mempertegas akan
kebutuhan mereka mengenai barang – barang elektronik dan mengokohkan kelas
sosial yang didapat. Hal ini mengidentifikasikan terdapat kapitalisasi
pendidikan.
Dalam kapitalis hal ini
mengidentifikasikan bahwa suatu bentuk investasi yang diharapkan akan meraup
keuntungan dalam pasar. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pendidikan hanya
sebagai alat bukan untuk mencari ilmu melainkan hanya menjadi pekerja. Hal ini
dapat diperoleh dari motif tindakan dari individu- individu yang bersangkutan.
Pada kapitalisasi sendiri tentunya tidak luput dari nilai surplus yang dimana
dalam hal ini mengidentifikasi bahwa bilai lebih dalam kapitalis yang
diinvestasikannya kembali kedalam proses produksi dan sirkulasi komodikasi agar
dia dapat meraih keuntungan yang lebih besar lagi dari nilai surplus tersebut.
Pemahaman kepitalisasi pendidikan
ini merupakan dampak yang paling terlihat dalam era modern saat ini. secara
nyata anak tidak lagi diproduksi sebagai pencipta ilmu melainkan diciptakan
sebagai pekerja. Sehingga pada dasarnya disiplin keilmuan mereka yang didapat
tidak berjalan dengan baik. Hingga tentunya tanpa disadari para individu
tersebut semakin cinta terhadap duniawinya dan melupakan tujuan mereka hidup
sebenarnya. Proses kapitalisasi ini tentunya sudah disadari sejak dahulu namun
hal ini kurang diantisipasi oleh masyarakat sehingga membuat kepitalisasi
meraja rela, dan mampu memperbudak manusia dalam era perubahan kebudayaan ini.
Hal ini tentunya semakin mengidentifikasi semakin kurang siapnya masyarakat
terhadap perubahan budaya yang dialaminya atau dapat dikatakan terjadi cultural
shock.
II.
Pembahasan
Dalam perubahan kebudayaan dan
pendidikan hal ini tentunya sangat saling terkait. Hal ini tenunya dapat
dilihat dari bagaimana perubahan mempengarui pendidikan maupun pendidikan yang
menjadia wadah ataupun sarana dalam melakukanperubahan budaya tersebut. Pada
kamus besar bahasa indonesia pendidikan dapat diartikan sebagai proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. secara tidak langsung pendidikan dijadikan
tolak ukur kesuksesan dalam memahami
maupun membentuk kebudayaan itu sendiri. Pada umumnya pendidikan mengajarkan
pada anak- anak dalam proses intelek tual yang tinggi sehingga mereka mampu
dalam memproduksi dan meningkatkan kualitas mereka dalam bersaing nantinya dengan kebudayaan asing.
Pada relevansinya dalam hal ini
tentunya berhubungan denga beberapa teori yakni pada teori siklus maupun teori
linear. Dalam pemahamannya teori linear merupakan perubahan sosial bersifat
linier atau berkembang menuju ke suatu titik tujuan tertentu. Pada teori ini
percaya bahwa perubahan sosial bisa direncanakan atau diarahkan ke suatu titik
tujuan tertentu. Masyarakat berkembang dari tradisional menuju masyarakat
kompleks modern. Dalam pemhaman Emile Durkheim menegaskan dalam teorinya yang
terkenal bahwa masyarakat berkembang dari solidaritas mekanik ke solidaritas
organik. Solidaritas mekanik merupakan cara hidup masyarakat tradisional yang
di dalamnya cenderung terdapat keseragaman sosial yang diikat oleh ide bersama.
Sebaliknya, solidaritas organik merupakan cara hidup masyarakat lebih maju yang
berakar pada perbedaan daripada persamaan. Masyarakat terbagi-bagi secara
beragam atau terjadi proses diferensiasi kerja.
Sedangakan tidak jauh berbeda
pemahaman dalam Teori siklus menjelaskan bahwa perubahan sosial bersifat siklus
artinya berputar melingkar. Menurut teori siklus, perubahan sosial merupakan
sesuatu yang tidak bisa direncanakan atau diarahkan ke suatu titik tertentu,
tetapi berputar-putar menurut pola melingkar. Pandangan teori siklus ini, yaitu
perubahan sosial sebagai suatu hal yang berulang-ulang. Apa yang terjadi
sekarang akan memiliki kesamaan atau kemiripan dengan apa yang ada di zaman
dahulu. Didalam pola perubahan ini tidak ada proses perubahan masyarakat secara
bertahap sehingga batas-batas antara pola hidup primitif, tradisional, dan
modern tidak jelas. Perubahan siklus merupakan pola perubahan yang menyerupai
spiral. Hal ini tentunya lebih ditekankan pada perubahan yang terjadi dalam
konteksnya. Secara sepahaman yang dianut yakni bahwa saat ini bangsa indonesia
berada dalam posisi bahwa yang dimana mereka meniru akan kebudayaan asing
sebagai contoh konkretnya. Pada zaman dahulu tentunya budaya kita maupun asia
telah menjadi tolak ukur bagi bangsa – bangsa lain hal inilah yang ditekankan
pada teori siklus ini.
Secara sadar pendidikan yang
dibentuk melalui perubahan kebudayaan ini tentunya beranggapan bahwa masyarakat
itu sendiri telah mampu dalam menyikapi perubahan tanpa adanya pendidik. Hal
ini tentunya menjadi antisipasi dalam sekolah pada membentuk karateristik anak.
Secara sadar mereka tentunya menginginkan anak tersebut mampu mengatasi masalah
mereka sendiri dalam mengahadapi perubahan tersebut. hal ini tentunya
mengindifikasikan bahwa siswa tersebut harus bersikap reaktif dan kreatif dalam
menghadapi perubahan kebudayaan tersebut. hal ini mejadikan kebudayaan tersebut
akan serat akan nilai yang dipahami dalam individu tersebut. dalam hal lain
yakni pada peran masyarakat sendiri lebih condong dalam memperbaiki akan
individu tersebut. hal ini tentunya menjadi tolak ukur dalam prosesnya yakni
individu tersebut. Dalam hal ini tentunya menuai permasalahan pada saat
individu tersebut di tuntut untuk menimbang masalah- masalah kita menurut
mereka sendiri, tidak hanya dikarenakan nilai – naiali produksi mereka belum
matang melainkan juga karena masalah- masalah nilai dalam individu siswa dangan
individu orang dewasa tentuny memiliki perbedaan yang signifikan.
Pada dasarnya perubahan – perubahan
sosial yang besar direncanakan secara matang dan rasional jauh sebelumnya dan
tentunya dilaksanakan dengan mengggunakan semua sumber- sumber yang tersedia.
Selain hal itu menggunakan pendidikan sebagai motor penggerak dalam tata sosial
baru, merupakan pertumbuhan kebudayaan dalam hal tekno-ekonomi, yang
selanjutnya kita nantinya memberikan arah baru dalam masyarakat, kita secara
sadar tentunya harus mengawasi, atau mempengarui dalam konteks tersebut
Proses pengaruh dalam perubahan
pendidikan kebudayaan yang menjerus pada pendidikan ini seluruhnya tergantung
pada masing – masing individu dalam menyikapi hal tersebut. Sebagai halnya yakni bahwa perubahan kebudayaan
dan pendidikan ini tentunya mampu dalam merubah dirinya sendiri dan masyarakat
tanpa perlu berkerja sama dengan kekuatan – kekuatan sosial. Secara nyata apa
yang mereka produksi nantinya akan memperoleh dampak yang besar dalam kehidupan
mereka. Hal ini tentunya dapat dikatakan ada yang merespon akan perubahan
kebudayaan tersebut ataupun ada pula yang masih mempertahankan nilai- nilai
yang dianutnya dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini dapat kita golongkan mereka dalam dua masyarakat yang berbeda
yakni pada masyarakat modern dan masyarakat tradisional.
Secara sadar pendidikan yang
dibentuk melalui perubahan kebudayaan ini tentunya beranggapan bahwa masyarakat
itu sendiri telah mampu dalam menyikapi perubahan tanpa adanya pendidik. Hal ini
tentunya menjadi antisipasi dalam sekolah pada membentuk karateristik anak.
Secara sadar mereka tentunya menginginkan anak tersebut mampu mengatasi masalah
mereka sendiri dalam mengahadapi perubahan tersebut. hal ini tentunya
mengindifikasikan bahwa siswa tersebut harus bersikap reaktif dan kreatif dalam
menghadapi perubahan kebudayaan tersebut. hal ini mejadikan kebudayaan tersebut
akan serat akan nilai yang dipahami dalam individu tersebut. dalam hal lain
yakni pada peran masyarakat sendiri lebih condong dalam memperbaiki akan
individu tersebut. hal ini tentunya menjadi tolak ukur dalam prosesnya yakni
individu tersebut. Dalam hal ini tentunya menuai permasalahan pada saat
individu tersebut di tuntut untuk menimbang masalah- masalah kita menurut
mereka sendiri, tidak hanya dikarenakan nilai – naiali produksi mereka belum
matang melainkan juga karena masalah- masalah nilai dalam individu siswa dangan
individu orang dewasa tentuny memiliki perbedaan yang signifikan.
Pada dasarnya perubahan – perubahan
sosial yang besar direncanakan secara matang dan rasional jauh sebelumnya dan
tentunya dilaksanakan dengan mengggunakan semua sumber- sumber yang tersedia.
Selain hal itu menggunakan pendidikan sebagai motor penggerak dalam tata sosial
baru, merupakan pertumbuhan kebudayaan dalam hal tekno-ekonomi, yang
selanjutnya kita nantinya memberikan arah baru dalam masyarakat, kita secara
sadar tentunya harus mengawasi, atau mempengarui dalam konteks tersebut
Pada ranahnya tentunya dalam
masyarakat tradisional dan modern tentunya sangat memiliki karatesritik yang
berbeda. Yang dimana dalam masyarakat tradisional tentunya masih bersifat kuno,
ataupun tradisional selain hal itu mereka masih memegang teguh akan nilai dan
norma yang dianut dalam kesehariannya. Sehingga pada prosesnya pembentukan
kebudayaannya sangat memiliki culture yang kuat dan memiliki fokus tersendiri.
Sedangkan pada masyarakat modern saat ini tetnunya tidak luput akan kemajuan
maupun inovasi dari teknologi, sehingga dapat dikatakan acuan mereka pada asaat
ini adalah perkembangan dari teknologi tersebut. hal ini tentunya indikasi dari
penerapan pengadopsian budaya asing. Yang senyatanya pada saat ini mereka
sedikit demi sedikit telah menghilangkan nilai dan norma yang telah dibentuk
oleh nenek moyang sebelumnya. Sehingga kini mereka hanya berpegang teguh pada
nilai – nilai baru yang dibentuk oleh mereka sendiri. namun acap kali ada juga
yang masih ada segelintir orang yang memegang nilai- nilai lama yang dibawah ke
era modern saat ini.
Pada pendidikannya antara mayarakat
tradisonal ataupun yang telah mengalami perubahan budaya yakni modern dapat
dikatakan memeliki perbedaan yang mencolok.
Hal ini tentunya dapat dilihat dalam hal metode pembelajaran, aplikasi
pembelajaran, sosialisasi maupun fasilitas yang ada dan lain-lain dalam hal ini
tentuny bersifat nyata. Secara tak langsung pada contohnya kita mampu melihat
mereka dalam masyarakat yang pinggiran atau diantara perbatasan yakni ini
merupakan contoh nyata dari masyarakat tradisonal, sedangkan mereka yang berada
di tengah- tengah kota merupakan masyarakat modern. Proses belajar mengajar
yang ada dalam masyarakat tradisional ini tentunya lebih bersifat sosialis yang
dimana dalam hal ini keakraban antara tenaga pendidik hingga siswanya saling
dijaga keakraban tersebut tercipta tentunya atas nilai dan norma yang dianut
dalam masyarakat tersebut. sebagaimana semestinya dalam pendidikan tradisonal
dalam pengajarannya tidak hanya berfokus pada tenaga pendidik saja melainkan
juga dengan masyarakat, orang tua maupun teman-temannya juga sebagai tempat
untuk menimbah ilmu sehingga ilmu yang didapat nantinya lebih majemuk dan
sosialis. Hal berbeda tentunya ditunjukkan pada pendidikan modern yang lebih
berorientasi pada tujuan yang ingin diraih, sehingga proses sosialis sering
kali dilewatkan oleh pendidik. Hal ini tentunya dikarenakan hubungan antara
pendidik dan siswa hanya sebatas itu tidak ada keterikatan kekeluargaan
didalamnya. Norma yang dianutpun mulai terasa renggang antara satu dengan
lainnya hal inilah yang menjadi masalah besar, hanya tujuan yang ingin mereka
capai. Dalam pengajarannya itupun hanya berfokus pada tenaga pendidik saja
yakni guru sedangakan hal lain seperti orang tua, teman, masyarakat kurang
dapat ditemui karena kurangnya sosialisasi diantara mereka. Secara nyata hal
ini tenunya mengindifikasikan mereka akan lekatnya pada proses mereka dalam
menjalin interaksi. Selayakna interaksi tersebut masih dianggap penting dan
merupakan sumber dari keilmuan itu sendiri.
Secara nyata pendidikan dapat
dibedakan atas pendidikan informal maupun nonformal. Pada pendiidkan informal
tentunya berorientasi pada pendidik yang ada dalam sekolah. Sedangkan pada non
formal lebih kearah pendidikan dalam masyarkat itu sendiri. Pada perubahan kebudayaan saat ini tentunya
pendidikan tidak lagi beracu pada masyarakat. hal ini telah mereka tinggalkan
yang dimana dalam hal ini menjadikan pendidikan hanya berpusat pada pendidik
dan ilmu pengetahuan yang didapat pada
waktu itu juga. Padahal pendidikan dalam bentuk nonformal pun juga dibutuhkan
sebagai implementasi dari pembelajaran peserta didik saat ini. Dalam perubahan
kebudayaan pendidikan inilah yang mereka tinggalkan.
Secara nyata pada masyarakat tradisional mereka tidak hanya menitik beratkan pada
pendidikan formal melainkan juga pada non formal. Hal ini dapat diaplikasikan
dalam pengajarannya. Mereka dalam membentuk pengetahuan tidak hanya
berorientasi pada buku saja mereka juga menerapkannya dalam masyarakat sehingga
ilmu yang mereka dapat tentunya akan berguna secara tak langsung kelak. Dalam
penerapannya secara nyata kita dapat melihat bagaimana seorang ayah yang
mengajarkan anak tentnag profesi yang digelutingnya pada saat itu. Sehingga
dalam implementasinya anak tersebut dapat memproduksi apa yang telah diajarkan
oleh ayahnya tersebut dengan baik. Hal ini tentunya sangat berbanding terbalik
pada masyarakat modern yang kurang lebih hanya berfokus pada pendidikan formal
saja dan terpaku pada buku sehingga dalam implementasinya mereka nanti
mengalami kesusahan karena tidak perna diterapkan dalam masyakarat luas.
Selebihnya hal ini mereka menempuh jenjang pendidikan hanya ingin mencapai
tujuan yang diinginkan dengan lebel ijazah.
Dalam masyarakat sendiri pendidikan
dalam konteks perubahan kebudayaan ini menjadikan masyarakat baik modern dan tradisional
lebih menyikapi permasalahannya dengan nilai yang dianut. Hal ini tentunya
menjadikan proses penuangan nilai mereka lebih bersinggungan dengan masalah-
masalah sosial yang terjadi. Pada dasarnya perubahan kebudayaan ini tentu tidak
luput akan tindak lanjut atas berkembangnya nilai maupun norma yang dianut.
Dalam halnya permasalahan perubahan
kebudayaan ini memiliki dampak pada pendidikan pada pencapaiannya. Yakni
merubah mereka kedalam arah kapitalis. Dalam pemahamannya kapital ini
menandakan mereka hanya akan melakukan pekerjaan secara pragmatis dan
berorientasi pada peningkatan hasilnya sendiri dan meraup keuntungan dalam
pasar tersebut. sehingga diyakini dalam proses mereka tidak didasarkan atas
pengerukan ilmu yang mendalam namun hanya bersifar pragmatis saja.
Secara sadar mereka mengkonstruk
ilmu- ilmu yang mereka mampu menompang mereka dalam kehidupan sosialnya. Pada
nyatanya perubahan kebudayaan mengiring mereka pada hal tersebut. hal inilah
yang patut mereka tengarai. Pengakuan kapital manusia berupa pengetahuan,
ketrampilan, kemampuan dan atribut serupa lainnya, oleh karena hal tersebut
diwujudkan dalam berbagai macam cara yang berbeda. Pengakuan terhadap
kapitalisasi pendidikan yang ebrbeda memlaui pendidikan formal diwujudkan dalam
bentuk ijazah pendidikan. dengan kata lain, ketika seseorang melamar suatu
pekerjaan tertentu, maka ijazah pendidikan formal yang dimiliki diterima
sebagai salah satu persyaratan kualifikasi untuk pekerjaan ini. bisa saja
pengakuan yang diberikan terhadap suatu ijazah dikaitkan dengan apakah lembaga
dimana iajzah tersebut dikeluarkan diakreditasi sesuai dengan lembaga tersebut.
Dalam pemahaman terdahulu ini lebih
ditekankan pada pengetahun pada peserta didik dalam sekolah yang berotiettasi
pada tingkat kecerdasan anak tersebut bertujuan dalam membentuk akan perubahan
sosial. Namun hal ini telah berubah, dalam kesadarannya peserta didik dalam
menjalankan aktifitas disekolah menyulut paham yang berorientas pada ijazah
untuk perkerjaan mereka. Hal inilah yang patut untuk diperbaikai dalam
masyarkat saat ini., secara tak langsung solusinya terfokus pada bagaimana kita
dalam menyikapi perubahan yang ada dan terlebih pemenejemenan yang baik
sehingga menjadikan perubahan tersebut menjadi lebih sempurna tidak ada efek negatif.
III.
Kesimpulan
Pada kesimpulannya perubahan
kebudayaan terhadap pendidikan dapat berpengaruh secara signifikan hal ini
tentunya dapat dilihat dari hasil. Bagaimana masyarakat mengkonsumsi perubahan
kebudayaan tersebut. penyangkutan nilai dan norma yang dianut pada masyarakat
tentunya tidak luput dari sudut pandang.
Dalam hal ini tentunya dapat
dimaklumi mengenai perubahan kebudayaan. Sebagai hal yang dibenarkan yakni pada
pemahaman teori siklus maupun linear, membenarkan adanya perubahan masyarkat
dari era tradisional kearah modern. Perubahan ini bersifat wajar dan alamiah.
Tergantung bagaimana masyarakat umum maupun pendidik menyikapi perubahan
tersebut.
Pada masyarakat sendiri terajadi
perbedaan paham antara masyarakat tradisonal dan masyarkat modern. Dalam hal
ini pada masyarakat tradisonal lebih ditekankan pada nilai maupun norma budaya
yang asmih kental. Yang dimana dalam prosesnya mereka lebih bersifat tertutup
akan budaya asing namun memiliki perkembangan yang signifikan pada budayanya.
Sedangkan pada masyarkat modern ini tentunya mereka perlahan lebih mengkonsumsi
budaya asing dan merubah nilai –nilai yang dianut oleh nenek moyang
terdahulunya. Secara tak sadar konstruk kedua belah pihak ini menimbulkan
keseimbangan dalam bermasyarakat sehingga menjadikan masyarakat tetap akur
dalam budaya mereka.
Permasalahan yang paling menonjol
yakni pada pendidikan yang ditengarai pada kapitalis. Dengan adanya perubahan
kebudayaan tentunya paham- paham masuk tanpa adanya penyaringan tidak
terkecuali paham kapitalis. Secara nyata paham ini merubah masayarkat menjadi
lebih bersifat pragmatis. Selain itu dalam perubahan kebudayaan para siswa
didik dituntut untuk mampu bersikap mandiri dalam menghadapi permasalahan dalam
budaya tersebut sehingga pada peran pendidik ahnya sebagai fasilitator bukan
sebagai obyek dalam pembelajaran terkini. Hal inilah yang mejadi kendala dalam
pencampuran dan penyelesaian nilai- nilai yang dianggap mereka belum mampu
untuk menyikapi hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
·
Ridjal, F & Karim
Rusli M (Eds). 1991. Dinamika Budaya dan Politik Dalam Pembangunan. Yogyakarta.
PT Tiara Wacana Yogya & Yayasan Hatta.
·
Mardimin, Johanes
(Eds). 1994. Jangan Tangisi Tradisi. Yogyakarta. KANISIUS.
·
Manan, Imran. 1989.
Anthropologi Pendidikan Suatu Pengantar. Jakarta. Depertemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
·
Damsar. 2012. Pengatar
Sosiologi Pendidikan. Jakarta. Prenada Media Group
Tidak ada komentar:
Posting Komentar