Sabtu, 29 September 2018

mobilitas kepemimpinan



I.    PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Masyarakat mengartikan mobilitas sosial sebagai perubahan, pergeseran, ataupun penurunan atau kenaikan status dan peran anggotanya dalam masyarakat secara umum. Perubahan dalam mobilitas ini ditandai oleh perubahan struktur sosial yang meliputi hubungan antar individu dalam kelompok dan antara individu dengan kelompok. Mobilitas sosial terkait erat dengan stratifikasi sosial karena mobilitas sosial merupakan gerak perpindahan dari satu strata sosial ke strata sosial yang lain.   
Strata sosial seringkali disebut juga sebagai lapisan masyarakat. Bentuk – bentuk lapisan masyarakat berbeda – beda dan banyak sekali. Lapisan – lapisan tersebut tetap ada sekalipun dalam masyarakat kapitalistis, demokratis, komunistis, dan lain sebagainya. Lapisan masyarakat tersebut mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama di dalam suatu organisasi sosial. Lapisan masyarakat tersebut biasayan didasarkan pada perbedaan seks, perbedaan antara pemimpin dengan yang dipimpin, golongan buangan/budak dan bukan buangan/budak, pembagian kerja, dan bahkan juga suatu pembedaan berdasarkan kekayaan. (Soekanto,2012:198) 
Dalam masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu, terhadap hal – hal tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal – hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal – hal lainnya. Kalau suatu masyarakat lebih menghargai kekayaan materiil dari pada kehormatan, bagi masyarakat kekayaan materiil akan lebih menempati kedudukan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pihak – pihak lain. Gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat, yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda – beda secara vertikal. ( Soekanto, 2012: 197 ) 
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan strata sosial. Pertama ascribe status yaitu kedudukan seseorangdalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan kemampuan. Semisal adalah orang yang sudah memiliki kedudukan atau setara dengan bangsawan. ( Soekanto, 2012: 210 )   Kedua achived status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha – usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Semisal orang yang menuntut ilmu atau meraih gelar sarjana. ( Soekanto, 2012: 211) 
Didalam kasus ini dengan sangkut pautkan mobilitas sosial secara vertikal saya mengfokuskan pada kisah seorang Joko Widodo. Joko Widodo atau yang lebih akrab dengan nama Jokowi. Joko Widodo lahir dari pasangan Noto Mihardjo dan Sujiatmi Notomiharjo. Joko Widodo berasal dari keluarga yang tidak mampu. mulanya ia sudah bosan/mengeluh dengan hidupnya yang selalu digeluti oleh kemiskinan. Namun dengan statusnya waktu itu ia tetap semangat untuk merubah nasibnya. Joko Widodo merupakan anak yang cerdas dan ulet dia selalu mendapatkan juara dikelasnya. Dengan usaha yang ia lakukan akhirnya ia mampu untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi. Kehidupan yang amat rumit hampir saja akan menghentikan perjalanannya untuk masuk universitas. Tetapi setelah ada pegorbanan dari orang tua akhirnya ia mampu untuk melanjutkan ke universitas ternama yakni Universitas Gajah Mada.
Setelah kelulusannya ia lalu berkerja disektor BUMN di Aceh kurang lebih selama 2 tahun setelah itu ia berhenti. Dia berhenti bukan tanpa alasan karena ia ingin mendirikan perusahaan sendiri. Setelah berkerja keras selama bertahun – tahun akhirnya perusahaan mabel tersebut berkembang pesat dan mampu hingga bisnis ekspor. Dengan kemajuan bisnis tersbut beliau akhirnya dikenal banyak orang dan akhirnya berani untuk mecalonkan sebagai pemimpin tertinggi di kota Solo sebagai Bupati. Dan hasil pemilu memutuskan Joko Widodo sebagai buapti dengan unggul tipis atas suara lawannya. Ditangan Joko Widodo kota Solo berkembang pesat dan mampu menjadi kajian universitas luar negeri. Solo yang mulanya kurang teratur dalam penataan kota sekarang sudah menjadi kota yang indah. Setelah menjadi pemimpin kota Solo tersebut Joko Widodo semakin lebih dihormati oleh rakyak sekitarnya dan akhirnya berlanjut keperiode ke dua. Di periode ke dua Joko Widodo hanya memimpin selama kurang lebih 2 tahun karena ia medapat amanat yang lebih besar yakni menjadi walikota kota Jakarta.


      
B.      Rumusan Masalah

1.      Bagaimana kehidupan Joko Widodo sebelum menjabat menjadi Bupati kota Solo ?

2.      Bagaimana kehidupan Joko Widodo setelah menjabat menjadi Bupati kota Solo ?


II.                Pembahasan ( Analisa )

A.     Teori Mobilitas Menurut Bottomore
Perubahan sosial / mobilitas sosial mempunyai kerangka. Adapun susunan kerangka tentang perubahan sosial , antara lain :
a.      Perubahan sosial itu dimulai pada suatu masyarakat mana yang pertama – tama mengalami perubahan.
b.      Kondisi awal terjadinya perubahan mempengarui proses perubahan sosial dan memberikan ciri – ciri tertentu yang khas sifatnya.
c.       Kecepatan proses dari perubahan sosial tersebut mungkin akan berlangsung cepat dalam jangka waktu tertentu.
d.      Perubahan – perubahan sosial memang disengaja dan dikehendaki. Oleh karenanya bersumber pada prilaku para pribadi yang didasarkan pada kehendak – kehendak tertentu.
Perubahan sosial selalu mendapat dukungan/dorongan dan hambatan dari berbagai faktor. Adapun faktor yang mendorong terjadinya perubahan, adalah :
·         Kontak dengan kebudayaan lain
Salah satu proses yang menyangkut dalam hal ini adalah difusi. Difusi merupakan proses penyebaran unsur – unsur kebudayaan dari perorangan kepada perorangan lain dan dari masyarakat kepada masyarakat lain. Dengan difusi, suatu inovasi baru yang telah diterima oleh masyarakat dapat disebarkan kepada masyarakat luas didunia sebagai tanda kemajuan.
·         Sistem pendidikan yang maju.
·         Sikap menghargai hasil karya dan keingainan – keinginan untuk maju.
·         Toleransi terhadap perbuatan – perbuatan yang menyimpang.
·         Sistem terbuak dalam lapisan – lapisan masyrakat.
Sistem terbuka memungkinkan adanya gerakan mobilitas sosial vertikal secara luas yang berarti memberi kesempatan perorangan untuk maju atas dasar kemampuan – kemampuannya.
·         Penduduk yang heterogen
Masyarakat – masyarakat yang terdiri dari kelompok – kelompok sosial yang memiliki latar belakan, ras dan ideologi yang berbeda mempermudakan terjadinya kegoncangan yang mendorong terjadinya proses perubahan. ( repository.usu.ac.id )
Teori dari Bottomore didukung oleh :
            Prinsip umum dalam mobilitas vertikal ( Sorokin, 1959 ) :
§  Hampir tidak ada yang sistem pelapisannya mutlak tertutup
§  Betapun terbukanya sistem pelapisan dalam masyarakat, tak mungkin mobilitas vertikal bisa dilakukan dengan sebebas bebasnya
§  Terdapat perbedaan laju mobilitas sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan
§  Dilihat dari sejarah, mobilitas sosial vertikal yang disebabkan faktor faktor ekonomis, politik dan pekerjaan tak ada kecenderungan yang kontinu tentang bertambah atau berkurangnya laju mobilitas sosial. (PDF: Ali Imron.)

B.      Pembahasan
Dari contoh kasus Joko Widodo yang dimana pada saat ia masa anak – anak ia berasal dari keluarga yang bisa dibilang kurang mampu. Ia selalu berpindah – pindah rumah dikarenakan terjadi penggusuran ( www.kumpulansejarah.com ) Ayahnya pun hanya berkerja sebagai tukang kayu. Sedangkan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga. Joko Widodo juga mempunyai 2 orang adik perempuan, dengan demikian beban yang ditanggung oleh keluarganya pun sangat berat. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa keluarga Joko Widodo termasuk pada kelas yang paling bawah. Hal tersebut dilihat berdasarkan struktur ekonomis yang ada.
Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan kelas dalam masyarakat. Hal tersebut dikarenakan sistem lapisan indonesia yang terbuka. Terjadinya perubahan sistem lapisan dalam masyarakat tersebut bisa terjadi karena beberapa sebab yakni dapat terjadi dengan sendirinya maupun sengaja disusun untuk mengejar tujuan bersama.
Ayah Joko Widodo yang tak ingin hidup dalam kemiskinan tersebut berusaha untuk lepas dari jerat kemiskinan itu yaitu dengan cara berkerja dengan keras dan mengsekolahkan anaknya yakni Joko Widodo setinggi mungkin. Berbagai usaha dilakukan agar anaknya bisa sekolah sampai universitas. Joko widodo pun tak menyianyiakan kesempatannya untuk sekolah. Hal ini dibuktikan dengan dia selalu meraih juara dalam kelasnya.
Setelah Joko Widodo lulus dari pendidikan yang ia jalani, perlahan status sosial Joko Widodo terangkat. Hal ini didasarkan atas ukuran ilmu pengetahuan ( sarjana ) yang ia dapat. Tak cukup sampai disitu Joko Widodo meningkatkan status sosialnya dengan cara berkerja dan dapat digolongkan untuk mencari kekayaan.
Mulanya Joko Widodo berkerja di BUMN di Aceh namun ia keluar dikarenakan ia ingin mendirikan usaha sendiri yakni dengan mendirikan perusahaan mabel meskipun awalnya hanya kecil – kecilan. Namun pada akhirnya perusahaan kecil tersebut menjadi besar berkat usaha dan kerja keras dari Joko Widodo. Hal ini juga meningkatkan status sosial dari Joko Widodo.
Namun hal tersebut tidak membuat Joko Widodo puas. Ia akhirnya mencalonkan dirinya Bupati di kota Solo. Joko Widodo memimpin kota Solo selama 2 periode namun saat periode kedua Joko Widodo hanya berjalan selama 2 tahun dikarenakan Ia mendapat mandat yang lebih besar yakni memegang kekuasaan di Kota Jakarta sebagai walikota.
Dari hal tersebut dapat pula disimpulkan bahwa Joko Widodo memperoleh ataupun meningkatkan status sosialnya dengan cara Achieved Status atau bisa dapat dikatakan kedudukan yang dicapai oleh seseorang tersebut dengan usaha – usaha yang disengaja. Usaha – usaha tersebut bisa dikarenakan atas pendidikan yang ia capai, gelar yang diperolehnya, kerja keras dalam usahanya dan lain sebagainya. Sistem lapisan yang ada tersebut juga bisa dilihat dari perbedaan laju mobilitas sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan yang ia kerjakan.
  


III.        Penutup

A.     Kesimpulan

·         Kehidupan Joko Widodo sebelum menjadi Bupati kota Solo
Beliau merupakan keluarga penjual kayu, beliau dahulu hidup dibantaran sungai sebelum mempunyai rumah tetap. beliau sering kali berpindah – pindah lantaran terjadi penggusuran. Penggusuran yang dialami sebanyak 3 kali di masa kecil. kehidupan masa lampaunya teramat sulit. Dengan kesulitan yang dialami, beliau terkadang berdagang, mengojek payung, dan menjadi kuli panggul untuk mencari sendiri keperluan sekolah dan uang jajan( kfk.kompas.com ). Dalam kehidupan sekolahnya nilai beliau selalu bagus kalau beliau tidak meraih juara satu bisa jadi juara umum. Dengan nilai yang baik – baik tersebut beliau melanjutkan sekolah ke Universitas Gajah Mada, Jurusan Teknologi Kayu, Fakultas Kehutanan. Beliau bisa kuliah atas kebaikan dari keluarga besar bapak dan ibu beliau yang mampu membiayai kuliah dan kakeknya yang turun serta dengan menjual sapinya.
Beliau mengambil jurusan teknologi kayu tersebut dikarenakan pada saat itu dia memiliki keahlian dalam bidang kayu. Dimasa kuliahnya beliau seringkali berpindah – pindah kos untuk mencari kos yang murah. Pada akhirnya beliau lulus pada tahun 1985. Setelah lulus pada tahun tersebut lalu berkerja di sebuah BUMN di aceh selama 1,5 tahun.
Setelah berhenti kerja dari BUMN dan pulang Ke Solo untuk merintis bisnis mebel dengan modal minus. Modal tersebut ia dapat dengan cara menggadaikan sertifikat tanah milik orang tuanya ke bank. Beliau merupakan orang yang optimis dan pekerja keras. Sembilan tahun berkerja dari pagi hingga pagi lagi dikarenakan tidak punya apa – apa. Awal tempat kerja beliau terbuat dari gedheg dan mampu memperkeejakan 3 tenaga kerja. Dengan kerja kerasnya tersebut beliau akhirnya mampu untuk melakukan pengeksporan ke negera – negara tetangga. Setalah berkecimpung didunia mabel pada akhirnya beliau pun terjun kedunia politik untuk mencalonkan sebagai bupati hal ini pun dikarenakan atas dorongan dari teman – temannya yang juga berkerja di bisnis mebel tersebut.  (www.kumpulansejarah.com)


·         Kehidupan Joko Widodo setelah menjadi bupati kota Solo
Setelah mencalonkan sebagai bupati solo dan pada akhirnya memenangkan pilkada tersebut kehidupan Joko Widodo tidak lagi mengurusi pekerjaan mabel melainkan menangani kota Solo. Bisnis mabel yang ia jalani pada waktu itu ia limpahkan kepada adiknya. Sesungguhnya Joko Widodo lebih senang untuk melimpahkan bisnisnya tersebut ke anaknya namun hal tersebut tidak jadi karena anaknya lebih condong ke bisnis lain.
Dengan menjabat sebagai bupati kota solo Joko Widodo memiliki tugas yang yang berat namun dengan berbagai pengalamannya di masa muda, ia mengembangkan Solo yang buruk penataannya dan berbagai penolakan masyarakat untuk ditertibkan. Dibawah arahannya, Solo mengalami perubahan dan menjadi kajian universitas luar negeri. Dengan kerja keras dan kebijaksanaan dari Joko Widodo tersebut akhirnya kota Solo menjadi berkembang dan memiliki tatanan kota yang indah. Hal ini pun berdampak pada Joko Widodo yang pada akhirnya menerima berbagai macam penghargaan dan masih diberi kepercayaan oleh rakyat Solo untuk memimpin di Periode ke 2. Namun dalam periode ke 2 tersebut hanya berjalan kurang lebih selama 2 tahun karena Joko Widodo diberi amanat yang lebih besar yaitu untuk menjadi walikota di Jakarta. (www.kumpulansejarah.com)
Meskipun Joko Widodo memiliki banyak sekali penghargaan, uang dan fasilitas yang sudah sangat tercukupi namun Joko Widodo tetap hidup sederhana, tidak neko – neko maupun berfoya – foya. Kehidupan Joko Widodo yang seperti inilah yang harus menjadi contoh bagi pemimpin – pemimpin bangsa selanjutnya. Tidak hidup dalam kemewahan / sederhana, selalu mengutamakan / mendengar kebutuhan rakyat, dan selalu berkerja dengan keras dan gigih maupun bijaksana merupakan sikap pemimpin yang ideal dimata masyarakat.










IV.        Daftar Pustaka

v  http://repository.usu.ac.id/ diakses pada tanggal 1 januari 2014
v  http://kfk.kompas.com/ diakses pada tanggal 29 desember 2013
v  http://www.kumpulansejarah.com/ diakses pada tanggal 29 desember 2013
v  Imron Ali. Mobilitas Sosial. PDF pelajaran sosiologi, jurusan sosiologi, Universitas Negeri Surabaya.
v  Soekanto, S., 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Rajawali Pers.

           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar