Membaca Realitas
CyberCulture dengan Kacamata Jean Baudrillard
- Transformasi Menuju Cyberculture
- Sejarah
Cyberculture merupakan budaya dunia maya. Dalam hal
ini kita dapat menemui proses interaksi dalam dunia maya. Salah satu hal yang
menjadi kajiannya adalah proses jual beli dalam dunia maya. Sebagaimana
diketahui hal ini tentu berhubungan dengan fasilitas internet. Pada awal
mulanya internet merupakan proyek dari kementrian pertahana AS yang bernama
DARPA. Hal ini mereka gunakan dalam peperangan, namun dalam perkembangannya
internet dapat dikomsumsi oleh publik sebagai media informasi dan komunikasi.
Secara sadar tentunya kita lebih dipermudah dengan adanya internet tersebut
salah satunya yakni dalam mencari refrensi tugas, membeli tiket pesawat, media
chating dan lain sebagainya. Pembentukan jaringan dalam internet ini tentunya
membutuhkan waktu yang agak lama, namun manfaat dan kualitasnya dapat kita
nikmati saat ini.
- Transformasi Masyarakat Menuju
Cyberculture
Pada era sekarang masyarakat telah mengalami masa
transisi dari masyarakat tradisional menuju ke era cyberculture. Pada pemahaman arnold Y. Toynbee peradapan
lahir sebagai respon (tanggapan) manusia dengan segenap daya, upaya, akalnya,
menaklukan dan mengelolah alam segala tantangan (challenge) guna untuk
melestarikan kelangsungan hidupnya. Alvin toffler menganalisis gejala- gejala
perubahan dan pembaruan peradapan masyarakat adanya teknologi. pada
pemahamannya ada 3 gelombang dalam adanya perubahan yakni.
1)
Gelombang I, peradapan teknologi pertanian berlangsung mulai 800 SM – 1500 M.
Dalam hal ini dikenal dengan revolusi hijau. Yang dimana dalam prosesnya yakni
dimulai dengan pertanian yang berpindah- pindah kemudian setelah ditemukannya
teknologi akhirnya menetap dan menumbuhkan desa.
2)
Gelombang II, peradapan teknologi industri berlangsung mulai 1500-1970 M. Pada masa ini terjadi revolusi industri. Pada
masa ini dimuali dengan ditemukannya mesin uap. Hal ini kemudian merambat
dengan ditemukannya penemuan- penemuan teknologi lainnya. mesin- mesin tersebut
hanya menggantikan otot- otot manusia.
3)
Gelombang III, peradapan informasi berlangsung mulai 1970 M – sekarang.
Merupakan era revolusi informasi, hal ini ditnadai dengan munculnya teknologi
sebagai mempermuda komunikasi. Pada pertumbuhan teknologi ini semakin
mempergencar menumbuhkan era globalisasi. Hal ini menimbulkan tidak adanya
batasan dalam berkomunikasi.
Globalisasi dalam era cyberculture ini sangat erat
dengan kapitalisme. Secara sadar masyarakat sendiri terbawah arus globalisasi
Hal tersebut mempengarui transformasi masyarakat menuju cyberculture. Dalam
prosesnya masyarakat menuju cyberculture
memiliki ciri- ciri yakni 1. Perubahan dan konstantin ruang dan waktu 2. Pasar
dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
sebagai akibat dari pertumbuhan perdangan internasional 3. Peningkatan
interaksi cultural melalui perkembangan media massa 4. Meningkatnya masalah
bersama misalnya pada lingkungan hidup. Dalam era globalisasi ini tentu menyangkut aspek yang ada dimasyarakat yakni
budaya. Hal ini tentu menyangkut mengenai nilai- maupun norma yang terkandung
dalam masyarakat.
Globalisasis sendiri merupakan salah satu faktor
penting dalam menumbuhkan aspek-aspek dalam masyarakat semisal ekonomi, budaya
maupun politik. Dalam globalisasi ini tentunya memiliki hal yang dianggap
menguntungkan ataupun merugikan bagi masyarakat. Dalam pandangan Erick Fromm,
ia meragukan bahwa transformasi masyarakat yang menjadikan masyarakat modern jiwanya
sejahtera, hal ini merupakan ciri dalam masyarakat abad 20 yang ditandai dalam
kapitalisme, yang menjadikan akuisitif ataupun minta lebih banyak lagi.
Dalam era globalisasi ini secara tidak langsung
membawa dampak positif maupun negatif. pada dampak positifnya yakni 1) adanya
kemajuan dalam bidang teknologi dan informasi. 2) hal tersebut mempercepat
maupun mempermuda individu dalam menjalin interaksi 3) kemajuan teknologi
tersebut menjadikan lebih efisiensi. Pada dampak yang negatif yakni 1) hilangnya nilai atau indentitas suatu bangsa
2) SDA semakin dikuras karena kebutuhan yang selalu kurang 3) mulai
berkembangnya paham konsumrisme dalam masyarakat 4) terjadi dehumanisasi.
Tentunya dengan berkaca dari hal tersbut menjadikan
kita tentang pentingnya akan ideologi dalam globalisasi itu sendiri. secara
nyata proses transformasi yang sedang berlangsung pada dasarnya mengubah
seluruh kondisi reproduksi sosial dalam masyarakat kontemporer.
Cyberculture di tengah masyarakat modern ini
menciptakan individu baru yang membentuk masyarakat lewat jejaring internet.
Dalam hal ini pada pemahaman McLuhan dikenal dengan “Global Village” atau desa
global. Dalam hal ini individu membentuk hubungan baru dalam era global ini.
Komunitas maya ini dibentuk dalam waktu sekejap untuk kepentingannya masing- masing.
Sebagai contohnya dapat dilihat pada room chating, email, milis ataupun
jejaring-jejaring lainnya.
Culture pada pemahamannya diartikan sebagai segala
daya dan kegiatan manusia untuk mengelola dan mengubah alam. Menurut E.B. Tylor
kebudayaan merupakan kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum adat istiadat
maupun kebiasaan pada individu sebagai anggota masyarakat. hal ini maksudnya
culture sendiri mencangkup segala cara atau pola berpikir, meraskan dan
bertindak. Budaya internet dibentuk dalam jejaring-jejaring. Sejatinya dalam
pembentukan masyarakat maya ini adlah cyberspace. Cyberspace sendiri merupakan
dunia tanpa ruang. Sehingga hal ini menjadikan masyarakat bebas dalam
berinteraksi dan tanpa ada batasannya.
Pada saat ini era globalisasi telah mengikiskan
realitas sosial. Hal ini tentunya diakibatkan masyarakat yang perlahan-lahan
meninggalkan interaksi yang ada dalam masyarakat dan beralih kedalam dunia
maya. Pada dasarnya perubahan pada masyarakat ini disebabkan oleh beberapa
peristiwa yakni
- Cultural lag, merupakan perbedaan
taraf kemajuan berbagai bagaian dalam kebudayaan suatu masyarakat. atau
dapat dikatakan ketinggalan kebudayaan
- Culutal survival, cara pandang pada
masyarakat tradisional yang tidak mengalami perubahan dari dahulu hingga
sekarang. Hal ini tentu sangat tergantung dari nilai maupun norma yang
berlaku dalam adatnya tersebut. pada pandangan ini tidak terlepas dari
cultural lag.. lag sendiri memiliki dua persepsi yakni a. sutu jangka
panjang antara terjadinya penemuan baru dan diterimanya penemuan tersebut.
b. adanya perubahan dalam pikiran manusia dari alam pikiran tradisonal ke
alam modern.
- Pertentangan kebudayaan, dalam hal
ini tentunya dikarenakan begitu banyaknya kebudayaan sehingga para
individu tersebut saling mempertahankan ideologinya. Hal inilah yang
nantinya menimbulkan konflik didalamnya.
- Goncangan kebudayaan, pada
pandangan Kalervo Oberg cyberculture merupakan segala budaya yang mucul
dalam penggunaan jaringan komputer untuk komunikasi, hiburan dan bisnis.
Manifestasi dari cybercultur merupakan interaksi manusia yang dimediasi
oleh jaringan komputer. Semisal yakni pada e-commerce.
Pada dasarnya masyrakat sekarang kurang menyadari
adanya transformasi kedunia maya. Sebagai halnya dulunya masyarakat sering
menggunakan koran sebagai sarana mencari informasi namun sekarang internet
telah menyediakan informasi yang lebih lengkap dari pada koran itu sendiri.
zaman dahulu dan sekarang pun telah mengalami banyak perbedaan mulai dari
kecangggihan maupun kepraktisan dalam penggunaanya.
- Online shop
Online shop merupakan bentuk pada imbas globalisasi.
Hal ini merupakan bentuk perdangan elektronik, hal ini antara pembeli dan
penjual dalam melakukan transaksi hanya duduk didepan internet, sehingga
mempermudah mereka tidak perlu jauh-jauh dalam melakukan transaksi. Online shop
ini tentuny mempermudah pembeli dalam melakukan transaksi. Toko online ini
menyediakan barang- barang yang sekiranya dibutuhkan pemebli semisal handphone,
laptop, pakaian, mobil dan lain sebagainya.
Pada nyatanya online shop saat ini mengalami
peningkatan 20 persen naik hanya 5 persen pada tahun lalu. Kebanyakan konsumen
online shop ini adalah para wanita. Online shop sendiri dipasarkan dalam media
chating semisal bbm, facebook maupun situs online lazada atau olx.com.
masyarakat saat ini dikenal sebagai masyarakat yang candu akan internet. Pada
survey Enricko Lukman masyarakat mayoritas meghabiskan waktunya untuk online.
Kebanyakan yang mengakses internet adalah para remaja yang umurnya dibawah 30
tahun.
Pemasaran dan interaksi online dengan pelanggan,
tergantung pada individunya. Dalam hal keefektifan biaya digital maupun
jaringan hal ini menjadi kunci dari pencapaian pemasaran. Interaksi yang
dijalin oleh pemasaran dan pelanggan bersifat semu, hal ini dikarenakan
interaksi mereka hanya sementara dan dibatasi pada ruang dan waktu. Selain pada
internet hal lain yang patut dilihat adalah proses transfer melalui bank.
Kunjungan terhadap bank ini akan meningkat.
Perubahan pelaku bisnis di dunia cyber ini mendapat
perhatian besar dalam masyarakat. hal ini tentu menjadikan dunia cyber rawan
akan terjadi penipuan. Sehingga perlu adanya pertanggung jawaban yang besar
dalam menumbuhkembangkan bisnis di internet. Hal yang patut dilihat yakni
proses transaksi, kesepakatan penjualan, pajak, investori dan lain sebagainya.
Internet yang memudahkan individu dalam menjalin
interaksi ini menjadi wadah yang efisien dalam perkembangannya. Sehingga tidak
ada sekat dalam masyarakat. soros memikirkan adanya open sosiciety institute.
Tujuan soros dalam mendirikan lembaga sosial ini adalah membangun a global
society, ciri- cirinya yakni:
- Effective competition, bentuk
persaingan dimana situasi nilai dan peluang selalu berubah.
- Memaksimalkan kebebasan individual
dengan membiarkan memasuki berbagai pilihan alternative yang tersedia
secara global.
- Hubungan sosial berdasarkan kontrak
sosial sehingga individu sebagai atom dari struktur masyarakat mengapung
ke sana- sini secara global tanpa perlu akar tempat berpijak.
- Nilai- nilai semata hanyalah
pilihan, seperti orang memilih ditempat mana mau berinvestasi atau
berspekulasi.
Pada dasarnya pemikiran soros ini bertujuan untuk
menghindarkan dari era kapitalisme pada masyarakat cyber. Kapitalisme sebagai
paradigma ekonomi global yang akan melebur diri dengan cara berkomunikasi dan
interaksi global yang serba virtual. Dengan teknologi tersebut tentunya
mempermudah individu dalam melakuakan aktifitasnya, semisal halnya dalam
membeli barang tidak sampai keluar rumah hanya duduk diam diruangannya dan
mengaktifkan internet untuk membeli barang yang diinginkannya.
Dalam kebudayaan arti sempit dimaknai sebagai produk
yang diproduksi dan dikonsumsi. Seringkali juga adanya pencurian dalam dunia
maya. Pencurian ini tidak berbentuk benda melainkan berbentuk program ataupun
bentuk tranksaksi lainnya yang emnyangkut data digital ataupun soft ware. Dalam
pencurian tersebut telah dijelaskan pada pasal KUHP yakni segala sesuatu
pencurian yang berwujud atau tidak berwujud, dan mempunyai nilai dalam kehidupan
ekonomi dari seseorang dikenai pasal 362 KUHP.
Pencurian tersebut terkadang mengarah langsung ke
area bank. Dalam bentuknya pencuri terkadang mendapatkan uang tunai ataupun
juga ia melakukan transaksi lain kepada pihak ketiga. Teknologi modern ini
tentunya memiliki paham bebas nilai, yakni untuk siapa saja, dan untuk apa
saja. Namun sama halnya dengan pisau teknologi ini hanya akan berguna bila
ditangan orang yang tepat. Tidak disalah gunakan untuk melakukan pencurian.
- Teori Jean Baudrillard
Jean Baudrillard erupakan tokoh sosiologi prancis
postmodernisme. Ia merupakan pakar teori kebudayaan, filsuf, komentator,
politik sekaligus fotografer. Kapitalisme ini tentunya sangat memanjakan para
individu semuanya lebih instan dan cepat. Hal ini menyebabkan masyarakat lebih
konsumtif dari pada sebelumnya.
Masyarakat konsumsi ini tidak hanya sekedar
mengkonsumsi barang tersebut namun juga membeli makna, simbol atau tanda yang
melekat pada barang tersebut. Pada masyarakat saat ini tentunya mengubah apa
yang realitas menjadi melebih- lebihkan realitas tersebut atau disebut dengan
hyperrealitas. Sehingga masyarakat sendiri sulit membedakan antara mana yang
nyata ataupun tontonan. Dalam hal ini tentu bertolak pada akibat era global
dalam dunia cyber. Hal ini menjadikannya adanya refolusi cultural
yang menyebabkan massa semakin pasif.
Pada
pandangan bouldilard ini ciri-ciri pada masyarakat postmodern adalah
- Kebudayaan postmodern adalah
kebudayaan uang. Hal ini mengindikasikan bahwa uang tidak hanya sekedar
alat tukar namun juga sebagai simbol dalam kebudayaan tersebut.
- Kebudayaan postmedern lebih
mengutamakan penanda ketimbang penanda, media ketimbang pesan, fiksi
ketimbang faka, sistem tanda ketimbang sistem objek, estetika ketimbang
etika.
- kebudayaan postmodern adalah sebuah
dunia simulasi yakni dunia yang terbangun dengan pengaturan tanda, citra
dan fakta melalui produksi dan maupun reproduksi secara tumpang tindih.
- kebudayaan bersifat hiperealita
dimana citara dan fakta bertabrakan dalam satu ruang kesadaran yang sama
sehingga cirta dapat mendahului realita atau fakta.
- kebudayaan postmodern ditandai
dengan meledaknya budaya massa, budaya populer, serta budaya media massa.
Pada pandangannya masyarakat telah terjerumus dalam
dunia onlineshop baginya hal tersebut merupakan konstruk baru dalam
masyarakat. pada masa ini masyarakat
benar-benar masuk dalam dunia fantasi yang tidak kalah nyata. Dalam wacana
simulasi, manusia seperti mendiami realitas yang dimana tidak ada perbedaan
mana yang nayta maupun yang fantasi atau palsu, ruang tersebut sangat tipis
dalam perbedaannya sehingga tidak dipungkiri sangat sulit untuk membedakannya.
Pada dasarnya onlineshop merupakan salah satu bentuk
pada masyarakat postmodern. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka hanya mau
instan saja tidak mau susah dalam melakukan transaksi. Hanya berdiam diri
didepan internet dalam satu ruang. Pada dasarnya pola konsumsi pada masyarakat
ini tentu berbeda satu dengan lainnya. adanya online shop ini merupakan wacana
kapitalisme untuk membentuk realitas semu. Hal ini tentunya berdampak pada pola
interaksi yang ada dimasyarakat, dimana mereka lebih banyak berinterakasi dalam
dunia maya dari pada dalam kesehariannya.
Dalam teori baudrillard masyarakat saat ini masuk
kedalam simulacra karena perubahan masyarakat di era postmodern. Hal ini dapat
dilihat dengan banyaknya media online yang merangkap juga sebagai toko online.
Semisal lazada, facebook, olx, dan kaskus. Hal ini tentunya tidak terlepas dari
perkembangan cyberculture sendiri. ciri- ciri ataupun karateristik budaya
masyarakat cyber adalah :
a.
networked communication,
interaksi yang dijalin antara penjual dan pembeli melalui media online
sedangkan pada proses pembayaran memlau bank. Hal ini berbeda dengan dunia
nyata yang langsung mempertemukan keduanya dan transaksi langsung ditempat.
b.
Simulasi, proses jual beli dan transaksi di toko online sangat berbeda dengan proses
jual toko offline. Toko online biasanya ada supplier sama
artinya dengan distributor, tempat untuk membeli produk, resller, ready stock, ongkir
menggunakan jasa pengiriman kita tinggal diam di rumah barang di antar ke
rumah. Dalam toko offline tidak
seperti yang ada di toko online.
c.
Artificia, di dalam toko online hal yang diperlukan adalah
sebuah kepercayaan dari pembeli semakin banyak yang tertarik karena dalam
sebuah toko online itu dalam
menampilkan situsnya harus menarik dan modern, barang-barang yang ditampilkan
juga merek-merek yang ternama dan terkenal juga menampilkan life style. Jadi dengan cara seperti
itu, toko online tersebut
banyak peminatnya dan di jadikan rekomendasi para pelanggannya.
d.
Telepresence dan Immersion, Belanja online bisa membuat orang lupa dari pada
belanja di offline sudah
merasakan keasyikan dalam menikmati belanja online seseorang jadi ingin terus-terusan belanja dengan cara
online, dengan pengalaman yang dirasakan dalam belanja online semakin asyik dengan cara membeli secara online.
Ekspresi dari NET.
A.
Cyberculture
Pada pemahamannya cyberculter dalam teknologi ini
sejatinya bersifat dinamis. Hal ini tentunya tidak terlepas dari inovasi maupun
budaya yang selalu berkembang pada pengetahuan manusia. Sebagaimana hal ini
tentu tidak terlepas dari kemajuan dalam hal teknologi. pada buku communication
tecnology: the new media in society oleh everett m rogers berisi bahwa hubungan
komunikasi di masyarakat dikenal empat era komunikasi yakni era tulis, era
media cetak, era media telekomunikasi dan era media komunikasi interaktif. Hal
ini tentunya sangat berpengaruh terhadap pola interaksi yang dijalin pada individu.
Sebagaimana hal yang telah dikemukakan bahwa teknologi
internet telah berhasil memindahkan kehidupan dunia nyata ke dalam dunia maya.
Hal tersebut menumbuh kembangkan proses interaksi, proses sosial dengan sistem
dan struktur masyarakat, dalam masyarakat maya dan budaya maya. Cyberculture
sendiri tumbuh pada cyberspace. Pada pemahamannya cyberculture merupakan cara
pandang mengenai bagaimana orang berinteraksi dengan teknologi digital, cara
hidup seseorang dalam dunia maya atau cara membnetuk kehidupan dalam dunia
tersebut.
Masyarakat maya tidak jauh berbeda dengan masyarakat
pada umumnya dia juga memiliki social contact atau communication. Pada dasarnya
masyarakat maya merupakan revolusi terhadap masyarakat nyata. Pada umunya
penciptaan masyarakat ini tentu bertolak pada adanya batasan jarak interaksi
antar individu sehingga masyarakat maya ini memberikan solusi untuk tidak
adanya batasan dalam berinteraksi tersebut.
Pada dampaknya cyberculture ini berakibat pada
perubahan sosial. Hal ini dapat dilihat dengan perubahan perilaku pada
masyarakat maya dan masyarakat nyata. Hal ini juga terdapat gesekan- gesekan
sosial pada masyarakat tersebut. secara nyata terjadi pada generasi muda saat
ini. sebagaimana hal yang diketahaui saat ini generasi muda tidak bisa terlepas
dari gadget. Dari ia bangun samapi ia tidur selalu menggunakan gadgetnya. Baik
hal tersebut digunakan untuk melakukan berinteraski dalam dunia maya ataupun
hanya sekedar bermain game saja. Perkembangan yang terjadi pada kaum muda ini
mengindikasikan bahwa selalu ada inovasi pada masyarakat dan kamu muda
dirasakan dapat membaur dengan situasi dan kondisi yang ada.
B.
Net Generation.
Net generation merupakan generasi masa kini. Kaumnya
anak muda yang dimana semuanya lebih instan dan mudah. Pada dasarnya ini mulai
dikembangkan pada awal tahun 1940an hingga sekarang. Pada pemahaman prof
bauerlein menyimpulkan bahwa remaja di abad 21 selalu terhubung satu sama lain
dan seba bisa, mandiri tetapi peduli terhadap rekan dalam peer group, berpikir
secara global, namun jarang membuat sebuah loncatan besar terkait dengan
kecerdasan manusia.
Pada umumnya teknologi ini membentuk pola pikir
global, berpikir maju dan modern. Pada bentuknya net generation ini adalah
internet, teknologi mobile, social network. Hal ini merupakan masyarakat
gunakan dalam kesehariannya baik itu internet ataupun smatphone. Pada pemahaman
don tapscott ada prihal negatif pada net generation yakni 1. Gadget membuat
generasi muda terjebak dalam kebingungan, kehilangan fokus dan berpikir
dangkal. 2. Memiliki ketergantungan lebih pada gadget. 3. Tidak adanya batasan
membaut hilangnya rasa malu pada individu tersbut. 4. Tidak mandiri karena
meras dimanjakan. 5. Net generation sering mengintimidasi teman dalam edia
online dan akhirnya bersikap kasar.
Pola interaki dalam dunia net generation ini tentu
mempengarui nilai pada karakter individu. Hal tersebut tentu menjadi dasar
dalam proses bersosialisasi. Sebagai contohnya yakni interaksi yang terjalin
pada media twitter. Kepribadian individu pada hal ini tentu berbeda-beda.
Sebagaimana hal tersbut diperkuat dengan identitas maupun karater pada saat
berinteraksi. Pada pemahaman mead
manusia memiliki diri, mereka memiliki mekanisme yang digunakan untuk menuntun
perilaku dan sikap. Hal ini tentu dapat dilihat pada saat individu tersebut
melakukan interaksi pada media online tersebut. sebagaimana yang terjadi pada
twitter. Kebutuhan net generation pada umumnya bertujuan untuk berekprasi,
mendapat pengakuan atau eksistensi diri, sebagai wadah pertemanan yang bersifat
luas.
Proses interaksi yang dibangun individu tersebut
merupakan awal terbentuknya jejaring sosial agar mereka merasa dimudahkan.
Salah satu caranya yakni diciptakan twitter. Hal ini mulanya mencontoh pada
sistem seperti halnya SMS, namun basicnya seperti blog. Istilah- istilah yang
digunakan pun tergolong baru. Pada penggunaanya awal muncul twitter ini
indonesia berada di posisi ke 3 dengan 10 persen penggunna terbanyak. Pada
kajiannya twitter memiliki sesuatu yang khas dan unik.
Dikenalkya twitter dengan beberapa istilah yakni
following dan followers, hal ini merupakan inovasi yang dimana memungkinkan
semua orang bisa melihat tentnag apa yang kita tuliskan pada media tersebut.
pada dasarnya kajian yang lebih menarik adalah mengenai simbol maupun tanda
yang digunakan pada twitter semisal @, RT, #, ataupun DM. hal tersebut jarang
sekali digunakan oleh media lain. pada dasarnya tanda- tanda tersebut memiliki
makna tersendiri dalam menjalin interaksi didalamnya.
C.
Teori Interaksi Simbolik
Ekspresi diri merupakan bentuk penyampain kesan dan
respon aktif terhadap lingkungan. Dalam menjalin komunikasi individu tentunya
akan berperilau dan menyesuaikan posisi peran dan sikap terhadap orang yang
akan dikenai respon. Respon tersebut berupa ekspresi dengan tujuan memberikan
kesan positif sehingga tercipta pandangan positif dari orang lain terhadap
orang tersebut. hal ini merupakan salah satu tindakan sosial.
webber mendifinisikan tindakan sosial sebagai perilaku
manusia ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif terhadap
perilaku tersebut. pada dasarnya tindakan tersebut berorientasi pada orang lain
yang dimana individu tersebut tentunya saling mempertimbangkan penampilan
maupun tindakan yang akan dilakukan terhadap orang tersebut. pada dasarnya individu
tersbut dalam melakukan interaksi dimaknainya antara satu dengan lainnya.
esensi interaksi simbolik merupakan hal yang
menyangkut dalam komunikasi dan pertukaran simbol yang diberi makna. Hal ini
dilihat dari sudut pandang subjek. Individu dalam hal ini hanya bertindak
berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas objek-obejk disekelilingnya.
Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri
mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. Ada tiga premis pada interasionisme
simbolik pada pemahaman Dedy Mulyana:
1.
Adanya respon individu terhadap
interasionisme simbolik.
2.
Makna merupakan produk
interaksi sosial yang tidak melekat pada objek dan dinegosiasikan memalui
penggunaan bahasa.
3.
Makna yang diinterpretasikan
individu dapat berubah dari waktu ke waktu.
Realitas sosial pada dasarnya bersifat dinamis.
Individu pada umumnya bukan merupakan barang jadi melainkan barang yang akan
jadi. Simbolik dalam hal ini tentunya membahas
konsep self, society dan mind. Hal ini merupakan konsep yang dikemukakan
oleh George Herbert Mead. Pada dasarnya hal ini tentu saling terkait antara
satu dengan lainnya. dalam bayangan mead ini seseorang bertindak, ia
membayangkan dirinya dalam posisi orang lain dengan harapan- harapan orang lain
dan mencoba memahami apa yang diharapkan orang tersebut. dalam penjelasannya
mead ditekankan pada mead, self and society sebagai berikut :
a.
Mind ( Pikiran )
Merupakan
kemampuan individu dalam menggunakan simbol- simbol yang memiliki makna sosial
tertentu. Pada dasarnya seseorang tidak akan dapat berinteraksi dngan baik
kepada sesamanya, sebelum mereka mempelajari sebuah bahasa baik verbal maupun
non verbal. Semakin berkembangnya mind pada inidividu nantinya dalam hal
iniindividu akan mampu untuk membaut gamabran pada masyarakat yang ada
disekitarnya. Pada dasarnya konsep mind ini merupakan pola pikir atau paradigma
atau kemampuan individu untuk dapat menempatkan dirinya pada posisi atau
prespektif pihak lain..
b.
Self ( Diri )
Merupakan
kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk memandang dirinya sebagaimana
orang lain memandang dirinya sendiri. pada dasarnya self ini didapatkan dengan
melakukan intropeksi. Hal ini tidak terlepas dengan melihat diri sendiri yang
dikenal dengan looking-glass self. Dalam konsep diri (self) ini terdapat aku
(i), daku (me).
Bahasa
dalam hal ini dapat dikatagorikan subjek dan objek. Subjek merupakan kita
bertindak sedangkan objek apa yang kita amati dalam tindakan kita sendiri.
subjek dalam hal ini adalah I sedangkan obejknya adalah Me. I bersifat spontan,
implusif dan kreatif. Me bersifat reflektif dan peka secara sosial. Mead dalam
hal ini melihat proses diri sebagai sebuah proses yang mengintegrasikan antara
I dan Me.
c.
Society (Masyarakat)
Society
dalam hal diartikan sebagai jaringan hubungan sosial tertentu yang diciptakan
oleh manusia. Ada dua bagian spesifik yakni significant other atau particular
others, yang merupakan mereka dalam lingkungan kita, memiliki kedekatan dan
dapat memeberikan pengaruh yang besar terhadap kita semisal keluarga. Dari hal
tersebut individu ingin diterima dalam golongan tersebut. yang kedua yakni
generalized other dalam society, hal ini diguanakan untuk menengai konflik
internal yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan dari perticular others.
Generations other dalam hal ini merupakan sudaut pandang secara keseluruhan
sebuah kelompok sosial bukan secara pribadi.
Teori interaksi simbolik adanya keterkaitan antara sefl, mind dengan
society. Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes mengelompokkan intersionisme simbolik
dalam tiga tema besar yakni.
1.
The Importance of Meanings for
Human Behaviour.
Pemaknaan
individu terhadap simbol. Pada dasarnya simbol tersebut memiliki makna arti
yang interistik dan relatif, tergantung setiap individu dalam memaknainya.
Tujuan dalam komunikasi tersebut tidak terlepas dalam penyamapain pesan yang
akan diungkapkan. Ada tigas asumsi yang dikemukan oleh LasRossa dan Reitzes,
yakni a. Manusia berperilaku didasarkan
makan yang dimiliki oleh orang lain. b. Makna diciptakan dalam interaksi interpersonal
c. Makna dimodifikasi melalui proses interpretatif
2.
The Importance of the self
concept.
Hal
ini merupakan bagian penting dalam kepribadian individu. Konsep diri ini
tentunya berbeda- beda natara individu satu dengan individu lainnya. konsep diri
ini terbentuk adanya interaksi dengan lingkungannya. Konsep diri pada individu
ini dapat diketahui melalui informasi, pendapat dan penilaian atau evaluasi
dari orang lain. hal ini diri dapat
berilaku sebagai pemberi kepuasan terhadap objek maupun dapat mengalami
kepuasan yang diberikan objek.
Mead,
tubuh bukanlah diri dan baru menjadi diri ketika pikiran telah berkembang.
Refletivitas diri merupakan hal yang mendasar bagi perkembangan pikiran.
Mekanisme umum perkembangan diri adalah reflektivitas atau kemampuan untuk
meletakkan diri kita secara bawah sadar ditempat orang lain sebagaimana mereka
bertindak. Konsep dasarnya adalah siapa aku yang melibatkan hubungan sosial
yang sedang berlangsung. Konsep diri dapat membentuk paradigma dan prediksi
seseorang yang membuatnya dapat memacu dirinya bertingkah laku sedemikian rupa
seolah- olah prediksi itu adalah sebuah kenyataan
3.
The Relationship Between The
Individual and Society.
Hubungan
antara kebebasan individu dan ikatan sosial. Ada dua asumsi yakni a. manusia
dan kelompoknya diepngarui oleh budaya dan proses sosial. b. struktur sosial
dapat berubah melalui interaksi sosial.
setiap interaksi manusia selalu dipenuhi dengan simbol- simbol. Orang
lain adalah refleksi untuk melihat diri sendiri. teori intersionisme simbolik
merupakan perspektif yang memperlakukan individu sebagai diri sendiri seklaigus
diri sosial.
Perkembangan
media dalam hal ini tentunya mampu sebagai wadah dalam mengembangkan diri.
Semisal yakni twitter, facebook dan lain-lain. dalam hal ini tentu dilihat pada
sistem komunikasi dalam pesan maupun interaksi yang dijalin. Pesan sendiri
memiliki tiga komponen yakni makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan
makan, dan bentuk atau organisasi pesan. Pada dasarnya pesan tersebut berbentuk
kode verbal maupun non verbal.
a.
Kode verbal, dalam hal ini
pemikirannya menggunakan bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebgai seperangkat
kata yang disusun secara terstruktur sehingga mengandung arti.
b.
Kode non verbal, dalam hal ini
lebih identik dengan bahasa isyarat. Sebgaiamana hal tersebut hanya orang-
orang tertentu yang mengetahuinya. Pemahaman dalam bahasa non verbal sendiri
lebih ditekankan pada pemahaman emosi maupun kondisi psikologis seseorang.
Pada intinya cyberculture merupakan bentukan pada era
globalisasi. Dalam hal ini cyberculture membentuk sebuah masyarakat baru dalam
dunia maya yang sekiranya tidak jauh berbeda dengan masyarakat pada umumnya.
Dalam perkembangannya kini masyarakat maya sangat sulit dibedakan dengan
masyarakat nyata. Pola interaksi yang digunakan sama. Secara umum era
globalisasi ini lebih mempermudah kita dalam melangsungkan interaksi. Sebagai
bentuk maupun wadah dalam berinteraksi era globalisasi menyidiakan media online
semisal twitter, facebook, kaskus, maupun media shopping online. Media
interaksi ini tentunya menandakan bahwa tidak adanya batasan maupun space dalam
berinteraksi. Masyarakat telah dipermudah dan diberi kenyamanan dalam
menggunakan media tersebut.
Secara nyata hal ini tentu berdampak besar bagi
masyarakat. sebagai halnya mereka lebih memilih hal yang instan- instan saja
dan tidak mau dipersulit dengan keadaan. Mereka lebih sering meluangkan waktu
mereka kedalam dunia maya. Semisal yakni bermain game, shopping online, maupun
berinteraksi melului dunia maya. Pembentukan masyarakat maya ini tentunya melalui
proses. Pada dasarnya karater yang dibentuk pada masyarakat cyber ini sangat
bervariatif tergantung pada diranah mana masyarakat itu dibentuk dan atas
kepentingan apa masyarakat terbentuk. Sebagai halnya pada masyarakat maya pada
twitter, facebook, maupun online shop.Masyarakat maya tersebut tentunya
memiliki bahasa mauapun keunikan sendiri. Simbol- simbol yang digunakan sebagai
ciri khas mereka. Setiap kata yang tertulis tersebut memiliki makna yang
sekiranya dapat diartikan oleh golongannya. Sebagaimana interaksi terbentuk
dalam masyarakat maya tersebut.
Dalam pembahasan teori ini mengaitkan antara pola
konsumerisme masyarakat modern dan juga pola interaksi yang dijalin pada dunia
maya. Hal ini menggunakan teori dari Jean Baudrilard sebagai pola konsumerisme
masyarakat modern dan juga pola interasionisme simbolik oleh Mead.
Sebagaimana hal ini dikemukakan untuk
mengkaji apa yang ada pada cyberculture. Masyarakat ini dikaji pada dua
perspektif yang berbeda. Yakni pada pola konsumerismenya dan pola interaksi
yang dijalin.
Daftar Pustaka
·
Membaca Realitas CyberCulture
Dengan Kacamata Jean Baudrillard. (http://digilib.uinsby.ac.id)
Diakses pada 27 Mei 2015
·
Kamelia Abas Samana. Ekspresi
Diri Net. Tesis. ADLN Perpustakaan UNAIR. (http://adln.lib.unair.ac.id/files/) diakses pada 27 Mei 2015