Selasa, 14 Agustus 2018

Literasi Baca pada Car Free Day



Darurat Literasi Baca

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi terbanyak keempat didunia. Hal ini tentunya menjadikan negara kita memiliki sumber daya manusia melimpah. Kondisi semacam ini seharusnya mampu menjadikan Indonesia menjadi negara yang maju. Akan tetapi melimpahnya sumber daya manusia tersebut nyatanya tidak dimanfaatkan dengan baik, justru memberikan permasalahan baru. Sumber daya manusia yang ada tidak mampu bersaing di era global yang menjadikan banyaknya pengangguran dan kesenjangan sosial. Kurangnya kemampuan bersaing tentu saja tidak lepas dari faktor pendidikan. Gaya pendidikan yang monoton dan cenderung berbasis menghafal ini tentu saja mempersempit wawasan intelektual masyarakat. Ditambah dengan rendahnya minat baca masyarakat, semakin memperlambat kejayaan pendidikan kita.
Dalam berita yang dilansir oleh beritametro.co.id, hasil survei UNESCO menunjukkan jika dari 1000 orang penduduk Indonesia hanya ada 1 orang yang membaca buku. Dapat dikatakan minat baca di negara kita yakni 1000:1 saja orang yang mau membaca buku. Dari hasil perbandingan tersebut dapat disimpulkan jika minat baca masyarakat kita masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Amerika maupun negara di Asia lainnya. Penduduk Amerika mampu untuk membaca buku mulai dari 20 hingga 30 buku untuk satu penduduk. Jepang 10 hingga 15 buku sedangakan di Asian 1 hingga 3 buku. Hal ini tentunya menunjukkan bahwasannya Indonesia sangat kurang dalam urusan literasi baca.
Pemahamannya literasi merupakan keberaksaraan, yaitu kemampuan menulis dan membaca. Budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya. Membudayakan atau membiasakan untuk membaca, menulis itu perlu proses jika memang dalam suatu kelompok masyarakat kebiasaan tersebut memang belum ada atau belum terbentuk.
Belum timbulnya keinginan menciptakan literasi baca yang kuat semakin menjauhkan Indonesia dari kata maju. Hal tersebut diperparah dengan mulai masuknya era modern yang semakin menghilangkan kalangan pembaca buku dengan mengganti aktifitas lainnya seperti  bermain gadget, penyuka traveling hingga pada maniak game online. Padahal membangun literasi baca ini tentunya juga penting untuk menumbuh kembangkan pola pikir dan sikap kritis. Pada kontekstasinya hal ini terjadi disemua kalangan baik usia anak- anak, remaja hingga dewasa.
Secara pemikiran, aktifitas kekinian seharusnya mampu dimanfaatkan untuk mengajak masyarakat dalam meningkatkan literasi baca mereka. Dengan demikian masyarakat tidak hanya memperoleh pengetahuan secara aktif yakni dengan mengikuti kegiatan, namun juga secara pasif dengan dicanangkan membaca buku dalam kegiatan tersebut. salah satunya kegiatan yang menjadi kegemaran masyarakat saat ini yakni car free day.
Car free day merupakan tempat yang difungsikan sebagai tempat berkumpulnya masyarakat untuk berolahraga, ajang unjuk bakat, berkumpul maupun merasakan udara bebas tanpa adanya polusi yang berlebihan setiap harinya.. Hal semacam ini telah dirasa beralih dari fungsi asli car free day dimana bermula untuk menyelesaikan permasalahan pencemaran lingkungan akibat polusi seharusnya juga bisa menjadi sasaran pada arena baca pengunjung yang mengasyikan. Tentu hal ini akan terasa lebih manfaatnya, yakni meningkatkan literasi baca pada masyarakat dengan memanfaatkan tujuan asli dari acara car free day sebagai sasaran arena baca pengunjung.
Penciptaan budaya literasi bisa terjadi dimana saja dan kapan saja. Namun adanya momen car free day ini lebih memungkinkan karena memiliki masa yang berlimpah berkumpul dalam satu tempat yang nyaman. Sehingga menjadikan proses membaca lebih santai dan tenang. Mengingat literasi  baca merupakan hal yang penting dan harus ditingkatkan, terlebih bagi mereka yang masih sekolah. Salah satu permasalahan yang sering muncul yakni sering timbulnya rasa bosan bila membaca buku. Timbulnya rasa ini karena konten dalam buku itu sudah dianggap tidak menarik bagi beberapa kalangan sehingga minat baca itu menurun.
Bermacam bentuk upayah telah dilakukan salah satunya dengan adanya perpustakaan keliling daerah yang berkunjung ke area car free day. Meski demikian dirasa adanya perpustakaan keliling tersebut masih terlihat sepi pengunjung dan cenderung menjemuhkan. Hal ini dikarenakan kurangnya inovasi yang diberikan oleh pihak perpustakaan. Perpustakaan keliling hanya menyediakan buku yang diperuntukkan untuk anak kecil sekitar usia Sekolah Dasar, sedangkan untuk bacaan lain sangat minim sekali. Didalam mobil perpustakaan keliling tersebut sebenarnya juga menyediakan mainan seperti boneka, sound dan televisi LCD yang seharusnya dimanfaatkan untuk menarik masyarakat sehingga ingin bergabung dan membaca diperpustakaan tersebut. Akan tetapi realitasnya media yang disediakan tersebut tidak digunakan semaksimal mungkin.
Sebagaimana hal tersebut seharusnya literasi baca yang ada di car free day lebih bersifat dialogis, agar tidak terkesan membosankan. Pola ini seharusnya bisa dikonsep diatur dengan jadwal yang terperinci. Sehingga dalam menjalankan perpustakaan keliling hanya sekedar datang dan membuka bagi mereka yang berminat membaca. Namun lebih bersifat mengajak dan menarik perhatian pada pengunjung car free day agar mereka berkunjung dan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh penggiat perpustakaan keliling. Menimbulkan ketertarikan pada pengunjung tentunya akan meningkatkan kemampuan dan pengetahuan di masyarakat. Sehingga kinerja mereka pun yakni pelaksana perpustakaan keliling, lebih terkesan aktif dan tidak asal datang melaksanakan tugas saja. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar