Jumat, 10 Agustus 2018

Realitas CyberCulture dengan J.Baudrillard



Membaca Realitas CyberCulture dengan Kacamata Jean Baudrillard
  1. Transformasi Menuju Cyberculture
  1. Sejarah
Cyberculture merupakan budaya dunia maya. Dalam hal ini kita dapat menemui proses interaksi dalam dunia maya. Salah satu hal yang menjadi kajiannya adalah proses jual beli dalam dunia maya. Sebagaimana diketahui hal ini tentu berhubungan dengan fasilitas internet. Pada awal mulanya internet merupakan proyek dari kementrian pertahana AS yang bernama DARPA. Hal ini mereka gunakan dalam peperangan, namun dalam perkembangannya internet dapat dikomsumsi oleh publik sebagai media informasi dan komunikasi. Secara sadar tentunya kita lebih dipermudah dengan adanya internet tersebut salah satunya yakni dalam mencari refrensi tugas, membeli tiket pesawat, media chating dan lain sebagainya. Pembentukan jaringan dalam internet ini tentunya membutuhkan waktu yang agak lama, namun manfaat dan kualitasnya dapat kita nikmati saat ini.
  1. Transformasi Masyarakat Menuju Cyberculture
Pada era sekarang masyarakat telah mengalami masa transisi dari masyarakat tradisional menuju ke era cyberculture.  Pada pemahaman arnold Y. Toynbee peradapan lahir sebagai respon (tanggapan) manusia dengan segenap daya, upaya, akalnya, menaklukan dan mengelolah alam segala tantangan (challenge) guna untuk melestarikan kelangsungan hidupnya. Alvin toffler menganalisis gejala- gejala perubahan dan pembaruan peradapan masyarakat adanya teknologi. pada pemahamannya ada 3 gelombang dalam adanya perubahan yakni.
1) Gelombang I, peradapan teknologi pertanian berlangsung mulai 800 SM – 1500 M. Dalam hal ini dikenal dengan revolusi hijau. Yang dimana dalam prosesnya yakni dimulai dengan pertanian yang berpindah- pindah kemudian setelah ditemukannya teknologi akhirnya menetap dan menumbuhkan desa.  
2) Gelombang II, peradapan teknologi industri berlangsung mulai 1500-1970 M.  Pada masa ini terjadi revolusi industri. Pada masa ini dimuali dengan ditemukannya mesin uap. Hal ini kemudian merambat dengan ditemukannya penemuan- penemuan teknologi lainnya. mesin- mesin tersebut hanya menggantikan otot- otot manusia.
3) Gelombang III, peradapan informasi berlangsung mulai 1970 M – sekarang. Merupakan era revolusi informasi, hal ini ditnadai dengan munculnya teknologi sebagai mempermuda komunikasi. Pada pertumbuhan teknologi ini semakin mempergencar menumbuhkan era globalisasi. Hal ini menimbulkan tidak adanya batasan dalam berkomunikasi.
Globalisasi dalam era cyberculture ini sangat erat dengan kapitalisme. Secara sadar masyarakat sendiri terbawah arus globalisasi Hal tersebut mempengarui transformasi masyarakat menuju cyberculture. Dalam prosesnya  masyarakat menuju cyberculture memiliki ciri- ciri yakni 1. Perubahan dan konstantin ruang dan waktu 2. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdangan internasional 3. Peningkatan interaksi cultural melalui perkembangan media massa 4. Meningkatnya masalah bersama misalnya pada lingkungan hidup. Dalam era globalisasi ini tentu  menyangkut aspek yang ada dimasyarakat yakni budaya. Hal ini tentu menyangkut mengenai nilai- maupun norma yang terkandung dalam masyarakat.
Globalisasis sendiri merupakan salah satu faktor penting dalam menumbuhkan aspek-aspek dalam masyarakat semisal ekonomi, budaya maupun politik. Dalam globalisasi ini tentunya memiliki hal yang dianggap menguntungkan ataupun merugikan bagi masyarakat. Dalam pandangan Erick Fromm, ia meragukan bahwa transformasi masyarakat yang menjadikan masyarakat modern jiwanya sejahtera, hal ini merupakan ciri dalam masyarakat abad 20 yang ditandai dalam kapitalisme, yang menjadikan akuisitif ataupun minta lebih banyak lagi.
Dalam era globalisasi ini secara tidak langsung membawa dampak positif maupun negatif. pada dampak positifnya yakni 1) adanya kemajuan dalam bidang teknologi dan informasi. 2) hal tersebut mempercepat maupun mempermuda individu dalam menjalin interaksi 3) kemajuan teknologi tersebut menjadikan lebih efisiensi. Pada dampak yang negatif yakni  1) hilangnya nilai atau indentitas suatu bangsa 2) SDA semakin dikuras karena kebutuhan yang selalu kurang 3) mulai berkembangnya paham konsumrisme dalam masyarakat 4) terjadi dehumanisasi.
Tentunya dengan berkaca dari hal tersbut menjadikan kita tentang pentingnya akan ideologi dalam globalisasi itu sendiri. secara nyata proses transformasi yang sedang berlangsung pada dasarnya mengubah seluruh kondisi reproduksi sosial dalam masyarakat kontemporer.
Cyberculture di tengah masyarakat modern ini menciptakan individu baru yang membentuk masyarakat lewat jejaring internet. Dalam hal ini pada pemahaman McLuhan dikenal dengan “Global Village” atau desa global. Dalam hal ini individu membentuk hubungan baru dalam era global ini. Komunitas maya ini dibentuk dalam waktu sekejap untuk kepentingannya masing- masing. Sebagai contohnya dapat dilihat pada room chating, email, milis ataupun jejaring-jejaring lainnya.
Culture pada pemahamannya diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengelola dan mengubah alam. Menurut E.B. Tylor kebudayaan merupakan kompleks yang mencangkup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum  adat istiadat maupun kebiasaan pada individu sebagai anggota masyarakat. hal ini maksudnya culture sendiri mencangkup segala cara atau pola berpikir, meraskan dan bertindak. Budaya internet dibentuk dalam jejaring-jejaring. Sejatinya dalam pembentukan masyarakat maya ini adlah cyberspace. Cyberspace sendiri merupakan dunia tanpa ruang. Sehingga hal ini menjadikan masyarakat bebas dalam berinteraksi dan tanpa ada batasannya.
Pada saat ini era globalisasi telah mengikiskan realitas sosial. Hal ini tentunya diakibatkan masyarakat yang perlahan-lahan meninggalkan interaksi yang ada dalam masyarakat dan beralih kedalam dunia maya. Pada dasarnya perubahan pada masyarakat ini disebabkan oleh beberapa peristiwa yakni
  1. Cultural lag, merupakan perbedaan taraf kemajuan berbagai bagaian dalam kebudayaan suatu masyarakat. atau dapat dikatakan ketinggalan kebudayaan
  2. Culutal survival, cara pandang pada masyarakat tradisional yang tidak mengalami perubahan dari dahulu hingga sekarang. Hal ini tentu sangat tergantung dari nilai maupun norma yang berlaku dalam adatnya tersebut. pada pandangan ini tidak terlepas dari cultural lag.. lag sendiri memiliki dua persepsi yakni a. sutu jangka panjang antara terjadinya penemuan baru dan diterimanya penemuan tersebut. b. adanya perubahan dalam pikiran manusia dari alam pikiran tradisonal ke alam modern.
  3. Pertentangan kebudayaan, dalam hal ini tentunya dikarenakan begitu banyaknya kebudayaan sehingga para individu tersebut saling mempertahankan ideologinya. Hal inilah yang nantinya menimbulkan konflik didalamnya.
  4. Goncangan kebudayaan, pada pandangan Kalervo Oberg cyberculture merupakan segala budaya yang mucul dalam penggunaan jaringan komputer untuk komunikasi, hiburan dan bisnis. Manifestasi dari cybercultur merupakan interaksi manusia yang dimediasi oleh jaringan komputer. Semisal yakni pada e-commerce.
Pada dasarnya masyrakat sekarang kurang menyadari adanya transformasi kedunia maya. Sebagai halnya dulunya masyarakat sering menggunakan koran sebagai sarana mencari informasi namun sekarang internet telah menyediakan informasi yang lebih lengkap dari pada koran itu sendiri. zaman dahulu dan sekarang pun telah mengalami banyak perbedaan mulai dari kecangggihan maupun kepraktisan dalam penggunaanya.
  1. Online shop  
Online shop merupakan bentuk pada imbas globalisasi. Hal ini merupakan bentuk perdangan elektronik, hal ini antara pembeli dan penjual dalam melakukan transaksi hanya duduk didepan internet, sehingga mempermudah mereka tidak perlu jauh-jauh dalam melakukan transaksi. Online shop ini tentuny mempermudah pembeli dalam melakukan transaksi. Toko online ini menyediakan barang- barang yang sekiranya dibutuhkan pemebli semisal handphone, laptop, pakaian, mobil dan lain sebagainya.
Pada nyatanya online shop saat ini mengalami peningkatan 20 persen naik hanya 5 persen pada tahun lalu. Kebanyakan konsumen online shop ini adalah para wanita. Online shop sendiri dipasarkan dalam media chating semisal bbm, facebook maupun situs online lazada atau olx.com. masyarakat saat ini dikenal sebagai masyarakat yang candu akan internet. Pada survey Enricko Lukman masyarakat mayoritas meghabiskan waktunya untuk online. Kebanyakan yang mengakses internet adalah para remaja yang umurnya dibawah 30 tahun.
Pemasaran dan interaksi online dengan pelanggan, tergantung pada individunya. Dalam hal keefektifan biaya digital maupun jaringan hal ini menjadi kunci dari pencapaian pemasaran. Interaksi yang dijalin oleh pemasaran dan pelanggan bersifat semu, hal ini dikarenakan interaksi mereka hanya sementara dan dibatasi pada ruang dan waktu. Selain pada internet hal lain yang patut dilihat adalah proses transfer melalui bank. Kunjungan terhadap bank ini akan meningkat.
Perubahan pelaku bisnis di dunia cyber ini mendapat perhatian besar dalam masyarakat. hal ini tentu menjadikan dunia cyber rawan akan terjadi penipuan. Sehingga perlu adanya pertanggung jawaban yang besar dalam menumbuhkembangkan bisnis di internet. Hal yang patut dilihat yakni proses transaksi, kesepakatan penjualan, pajak, investori dan lain sebagainya.
Internet yang memudahkan individu dalam menjalin interaksi ini menjadi wadah yang efisien dalam perkembangannya. Sehingga tidak ada sekat dalam masyarakat. soros memikirkan adanya open sosiciety institute. Tujuan soros dalam mendirikan lembaga sosial ini adalah membangun a global society, ciri- cirinya yakni:
  1. Effective competition, bentuk persaingan dimana situasi nilai dan peluang selalu berubah.
  2. Memaksimalkan kebebasan individual dengan membiarkan memasuki berbagai pilihan alternative yang tersedia secara global.
  3. Hubungan sosial berdasarkan kontrak sosial sehingga individu sebagai atom dari struktur masyarakat mengapung ke sana- sini secara global tanpa perlu akar tempat berpijak.
  4. Nilai- nilai semata hanyalah pilihan, seperti orang memilih ditempat mana mau berinvestasi atau berspekulasi.
Pada dasarnya pemikiran soros ini bertujuan untuk menghindarkan dari era kapitalisme pada masyarakat cyber. Kapitalisme sebagai paradigma ekonomi global yang akan melebur diri dengan cara berkomunikasi dan interaksi global yang serba virtual. Dengan teknologi tersebut tentunya mempermudah individu dalam melakuakan aktifitasnya, semisal halnya dalam membeli barang tidak sampai keluar rumah hanya duduk diam diruangannya dan mengaktifkan internet untuk membeli barang yang diinginkannya.
Dalam kebudayaan arti sempit dimaknai sebagai produk yang diproduksi dan dikonsumsi. Seringkali juga adanya pencurian dalam dunia maya. Pencurian ini tidak berbentuk benda melainkan berbentuk program ataupun bentuk tranksaksi lainnya yang emnyangkut data digital ataupun soft ware. Dalam pencurian tersebut telah dijelaskan pada pasal KUHP yakni segala sesuatu pencurian yang berwujud atau tidak berwujud, dan mempunyai nilai dalam kehidupan ekonomi dari seseorang dikenai pasal 362 KUHP.
Pencurian tersebut terkadang mengarah langsung ke area bank. Dalam bentuknya pencuri terkadang mendapatkan uang tunai ataupun juga ia melakukan transaksi lain kepada pihak ketiga. Teknologi modern ini tentunya memiliki paham bebas nilai, yakni untuk siapa saja, dan untuk apa saja. Namun sama halnya dengan pisau teknologi ini hanya akan berguna bila ditangan orang yang tepat. Tidak disalah gunakan untuk melakukan pencurian.


  1. Teori Jean Baudrillard
Jean Baudrillard erupakan tokoh sosiologi prancis postmodernisme. Ia merupakan pakar teori kebudayaan, filsuf, komentator, politik sekaligus fotografer. Kapitalisme ini tentunya sangat memanjakan para individu semuanya lebih instan dan cepat. Hal ini menyebabkan masyarakat lebih konsumtif dari pada sebelumnya.
Masyarakat konsumsi ini tidak hanya sekedar mengkonsumsi barang tersebut namun juga membeli makna, simbol atau tanda yang melekat pada barang tersebut. Pada masyarakat saat ini tentunya mengubah apa yang realitas menjadi melebih- lebihkan realitas tersebut atau disebut dengan hyperrealitas. Sehingga masyarakat sendiri sulit membedakan antara mana yang nyata ataupun tontonan. Dalam hal ini tentu bertolak pada akibat era global dalam dunia cyber.   Hal ini menjadikannya adanya refolusi cultural yang menyebabkan massa semakin pasif.
Pada pandangan bouldilard ini ciri-ciri pada masyarakat postmodern adalah
  1. Kebudayaan postmodern adalah kebudayaan uang. Hal ini mengindikasikan bahwa uang tidak hanya sekedar alat tukar namun juga sebagai simbol dalam kebudayaan tersebut.
  2. Kebudayaan postmedern lebih mengutamakan penanda ketimbang penanda, media ketimbang pesan, fiksi ketimbang faka, sistem tanda ketimbang sistem objek, estetika ketimbang etika.
  3. kebudayaan postmodern adalah sebuah dunia simulasi yakni dunia yang terbangun dengan pengaturan tanda, citra dan fakta melalui produksi dan maupun reproduksi secara tumpang tindih.
  4. kebudayaan bersifat hiperealita dimana citara dan fakta bertabrakan dalam satu ruang kesadaran yang sama sehingga cirta dapat mendahului realita atau fakta.
  5. kebudayaan postmodern ditandai dengan meledaknya budaya massa, budaya populer, serta budaya media massa.
Pada pandangannya masyarakat telah terjerumus dalam dunia onlineshop baginya hal tersebut merupakan konstruk baru dalam masyarakat.  pada masa ini masyarakat benar-benar masuk dalam dunia fantasi yang tidak kalah nyata. Dalam wacana simulasi, manusia seperti mendiami realitas yang dimana tidak ada perbedaan mana yang nayta maupun yang fantasi atau palsu, ruang tersebut sangat tipis dalam perbedaannya sehingga tidak dipungkiri sangat sulit untuk membedakannya.
Pada dasarnya onlineshop merupakan salah satu bentuk pada masyarakat postmodern. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka hanya mau instan saja tidak mau susah dalam melakukan transaksi. Hanya berdiam diri didepan internet dalam satu ruang. Pada dasarnya pola konsumsi pada masyarakat ini tentu berbeda satu dengan lainnya. adanya online shop ini merupakan wacana kapitalisme untuk membentuk realitas semu. Hal ini tentunya berdampak pada pola interaksi yang ada dimasyarakat, dimana mereka lebih banyak berinterakasi dalam dunia maya dari pada dalam kesehariannya.
Dalam teori baudrillard masyarakat saat ini masuk kedalam simulacra karena perubahan masyarakat di era postmodern. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya media online yang merangkap juga sebagai toko online. Semisal lazada, facebook, olx, dan kaskus. Hal ini tentunya tidak terlepas dari perkembangan cyberculture sendiri. ciri- ciri ataupun karateristik budaya masyarakat cyber adalah :
a.       networked communication, interaksi yang dijalin antara penjual dan pembeli melalui media online sedangkan pada proses pembayaran memlau bank. Hal ini berbeda dengan dunia nyata yang langsung mempertemukan keduanya dan transaksi langsung ditempat.
b.      Simulasi,  proses jual beli dan transaksi di toko online sangat berbeda dengan proses jual toko offline. Toko online biasanya ada supplier sama artinya dengan distributor, tempat untuk membeli produk, resller, ready stock, ongkir menggunakan jasa pengiriman kita tinggal diam di rumah barang di antar ke rumah. Dalam toko offline tidak seperti yang ada di toko online.
c.       Artificia, di dalam toko online hal yang diperlukan adalah sebuah kepercayaan dari pembeli semakin banyak yang tertarik karena dalam sebuah toko online itu dalam menampilkan situsnya harus menarik dan modern, barang-barang yang ditampilkan juga merek-merek yang ternama dan terkenal juga menampilkan life style. Jadi dengan cara seperti itu, toko online tersebut banyak peminatnya dan di jadikan rekomendasi para pelanggannya.
d.      Telepresence dan Immersion, Belanja online bisa membuat orang lupa dari pada belanja di offline sudah merasakan keasyikan dalam menikmati belanja online seseorang jadi ingin terus-terusan belanja dengan cara online, dengan pengalaman yang dirasakan dalam belanja online semakin asyik dengan cara membeli secara online.

Ekspresi dari NET.

A.    Cyberculture
Pada pemahamannya cyberculter dalam teknologi ini sejatinya bersifat dinamis. Hal ini tentunya tidak terlepas dari inovasi maupun budaya yang selalu berkembang pada pengetahuan manusia. Sebagaimana hal ini tentu tidak terlepas dari kemajuan dalam hal teknologi. pada buku communication tecnology: the new media in society oleh everett m rogers berisi bahwa hubungan komunikasi di masyarakat dikenal empat era komunikasi yakni era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi dan era media komunikasi interaktif. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap pola interaksi yang dijalin pada individu.
Sebagaimana hal yang telah dikemukakan bahwa teknologi internet telah berhasil memindahkan kehidupan dunia nyata ke dalam dunia maya. Hal tersebut menumbuh kembangkan proses interaksi, proses sosial dengan sistem dan struktur masyarakat, dalam masyarakat maya dan budaya maya. Cyberculture sendiri tumbuh pada cyberspace. Pada pemahamannya cyberculture merupakan cara pandang mengenai bagaimana orang berinteraksi dengan teknologi digital, cara hidup seseorang dalam dunia maya atau cara membnetuk kehidupan dalam dunia tersebut.
Masyarakat maya tidak jauh berbeda dengan masyarakat pada umumnya dia juga memiliki social contact atau communication. Pada dasarnya masyarakat maya merupakan revolusi terhadap masyarakat nyata. Pada umunya penciptaan masyarakat ini tentu bertolak pada adanya batasan jarak interaksi antar individu sehingga masyarakat maya ini memberikan solusi untuk tidak adanya batasan dalam berinteraksi tersebut.
Pada dampaknya cyberculture ini berakibat pada perubahan sosial. Hal ini dapat dilihat dengan perubahan perilaku pada masyarakat maya dan masyarakat nyata. Hal ini juga terdapat gesekan- gesekan sosial pada masyarakat tersebut. secara nyata terjadi pada generasi muda saat ini. sebagaimana hal yang diketahaui saat ini generasi muda tidak bisa terlepas dari gadget. Dari ia bangun samapi ia tidur selalu menggunakan gadgetnya. Baik hal tersebut digunakan untuk melakukan berinteraski dalam dunia maya ataupun hanya sekedar bermain game saja. Perkembangan yang terjadi pada kaum muda ini mengindikasikan bahwa selalu ada inovasi pada masyarakat dan kamu muda dirasakan dapat membaur dengan situasi dan kondisi yang ada.
B.     Net Generation.
Net generation merupakan generasi masa kini. Kaumnya anak muda yang dimana semuanya lebih instan dan mudah. Pada dasarnya ini mulai dikembangkan pada awal tahun 1940an hingga sekarang. Pada pemahaman prof bauerlein menyimpulkan bahwa remaja di abad 21 selalu terhubung satu sama lain dan seba bisa, mandiri tetapi peduli terhadap rekan dalam peer group, berpikir secara global, namun jarang membuat sebuah loncatan besar terkait dengan kecerdasan manusia.
Pada umumnya teknologi ini membentuk pola pikir global, berpikir maju dan modern. Pada bentuknya net generation ini adalah internet, teknologi mobile, social network. Hal ini merupakan masyarakat gunakan dalam kesehariannya baik itu internet ataupun smatphone. Pada pemahaman don tapscott ada prihal negatif pada net generation yakni 1. Gadget membuat generasi muda terjebak dalam kebingungan, kehilangan fokus dan berpikir dangkal. 2. Memiliki ketergantungan lebih pada gadget. 3. Tidak adanya batasan membaut hilangnya rasa malu pada individu tersbut. 4. Tidak mandiri karena meras dimanjakan. 5. Net generation sering mengintimidasi teman dalam edia online dan akhirnya bersikap kasar.
Pola interaki dalam dunia net generation ini tentu mempengarui nilai pada karakter individu. Hal tersebut tentu menjadi dasar dalam proses bersosialisasi. Sebagai contohnya yakni interaksi yang terjalin pada media twitter. Kepribadian individu pada hal ini tentu berbeda-beda. Sebagaimana hal tersbut diperkuat dengan identitas maupun karater pada saat berinteraksi.  Pada pemahaman mead manusia memiliki diri, mereka memiliki mekanisme yang digunakan untuk menuntun perilaku dan sikap. Hal ini tentu dapat dilihat pada saat individu tersebut melakukan interaksi pada media online tersebut. sebagaimana yang terjadi pada twitter. Kebutuhan net generation pada umumnya bertujuan untuk berekprasi, mendapat pengakuan atau eksistensi diri, sebagai wadah pertemanan yang bersifat luas.
Proses interaksi yang dibangun individu tersebut merupakan awal terbentuknya jejaring sosial agar mereka merasa dimudahkan. Salah satu caranya yakni diciptakan twitter. Hal ini mulanya mencontoh pada sistem seperti halnya SMS, namun basicnya seperti blog. Istilah- istilah yang digunakan pun tergolong baru. Pada penggunaanya awal muncul twitter ini indonesia berada di posisi ke 3 dengan 10 persen penggunna terbanyak. Pada kajiannya twitter memiliki sesuatu yang khas dan unik.
Dikenalkya twitter dengan beberapa istilah yakni following dan followers, hal ini merupakan inovasi yang dimana memungkinkan semua orang bisa melihat tentnag apa yang kita tuliskan pada media tersebut. pada dasarnya kajian yang lebih menarik adalah mengenai simbol maupun tanda yang digunakan pada twitter semisal @, RT, #, ataupun DM. hal tersebut jarang sekali digunakan oleh media lain. pada dasarnya tanda- tanda tersebut memiliki makna tersendiri dalam menjalin interaksi didalamnya.
C.     Teori Interaksi Simbolik
Ekspresi diri merupakan bentuk penyampain kesan dan respon aktif terhadap lingkungan. Dalam menjalin komunikasi individu tentunya akan berperilau dan menyesuaikan posisi peran dan sikap terhadap orang yang akan dikenai respon. Respon tersebut berupa ekspresi dengan tujuan memberikan kesan positif sehingga tercipta pandangan positif dari orang lain terhadap orang tersebut. hal ini merupakan salah satu tindakan sosial.
webber mendifinisikan tindakan sosial sebagai perilaku manusia ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif terhadap perilaku tersebut. pada dasarnya tindakan tersebut berorientasi pada orang lain yang dimana individu tersebut tentunya saling mempertimbangkan penampilan maupun tindakan yang akan dilakukan terhadap orang tersebut. pada dasarnya individu tersbut dalam melakukan interaksi dimaknainya antara satu dengan lainnya.
esensi interaksi simbolik merupakan hal yang menyangkut dalam komunikasi dan pertukaran simbol yang diberi makna. Hal ini dilihat dari sudut pandang subjek. Individu dalam hal ini hanya bertindak berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas objek-obejk disekelilingnya. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. Ada tiga premis pada interasionisme simbolik pada pemahaman Dedy Mulyana:
1.      Adanya respon individu terhadap interasionisme simbolik.
2.      Makna merupakan produk interaksi sosial yang tidak melekat pada objek dan dinegosiasikan memalui penggunaan bahasa.
3.      Makna yang diinterpretasikan individu dapat berubah dari waktu ke waktu.

Realitas sosial pada dasarnya bersifat dinamis. Individu pada umumnya bukan merupakan barang jadi melainkan barang yang akan jadi. Simbolik dalam hal ini tentunya membahas  konsep self, society dan mind. Hal ini merupakan konsep yang dikemukakan oleh George Herbert Mead. Pada dasarnya hal ini tentu saling terkait antara satu dengan lainnya. dalam bayangan mead ini seseorang bertindak, ia membayangkan dirinya dalam posisi orang lain dengan harapan- harapan orang lain dan mencoba memahami apa yang diharapkan orang tersebut. dalam penjelasannya mead ditekankan pada mead, self and society sebagai berikut :
a.       Mind ( Pikiran )
Merupakan kemampuan individu dalam menggunakan simbol- simbol yang memiliki makna sosial tertentu. Pada dasarnya seseorang tidak akan dapat berinteraksi dngan baik kepada sesamanya, sebelum mereka mempelajari sebuah bahasa baik verbal maupun non verbal. Semakin berkembangnya mind pada inidividu nantinya dalam hal iniindividu akan mampu untuk membaut gamabran pada masyarakat yang ada disekitarnya. Pada dasarnya konsep mind ini merupakan pola pikir atau paradigma atau kemampuan individu untuk dapat menempatkan dirinya pada posisi atau prespektif pihak lain..
b.      Self ( Diri )
Merupakan kemampuan yang ada pada diri seseorang untuk memandang dirinya sebagaimana orang lain memandang dirinya sendiri. pada dasarnya self ini didapatkan dengan melakukan intropeksi. Hal ini tidak terlepas dengan melihat diri sendiri yang dikenal dengan looking-glass self. Dalam konsep diri (self) ini terdapat aku (i), daku (me).
Bahasa dalam hal ini dapat dikatagorikan subjek dan objek. Subjek merupakan kita bertindak sedangkan objek apa yang kita amati dalam tindakan kita sendiri. subjek dalam hal ini adalah I sedangkan obejknya adalah Me. I bersifat spontan, implusif dan kreatif. Me bersifat reflektif dan peka secara sosial. Mead dalam hal ini melihat proses diri sebagai sebuah proses yang mengintegrasikan antara I dan Me.
c.       Society (Masyarakat)
Society dalam hal diartikan sebagai jaringan hubungan sosial tertentu yang diciptakan oleh manusia. Ada dua bagian spesifik yakni significant other atau particular others, yang merupakan mereka dalam lingkungan kita, memiliki kedekatan dan dapat memeberikan pengaruh yang besar terhadap kita semisal keluarga. Dari hal tersebut individu ingin diterima dalam golongan tersebut. yang kedua yakni generalized other dalam society, hal ini diguanakan untuk menengai konflik internal yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan dari perticular others. Generations other dalam hal ini merupakan sudaut pandang secara keseluruhan sebuah kelompok sosial bukan secara pribadi.

Teori interaksi simbolik adanya keterkaitan antara sefl, mind dengan society. Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes mengelompokkan intersionisme simbolik dalam tiga tema besar yakni.

1.      The Importance of Meanings for Human Behaviour.
Pemaknaan individu terhadap simbol. Pada dasarnya simbol tersebut memiliki makna arti yang interistik dan relatif, tergantung setiap individu dalam memaknainya. Tujuan dalam komunikasi tersebut tidak terlepas dalam penyamapain pesan yang akan diungkapkan. Ada tigas asumsi yang dikemukan oleh LasRossa dan Reitzes, yakni a. Manusia berperilaku  didasarkan makan yang dimiliki oleh orang lain. b. Makna diciptakan dalam interaksi interpersonal c. Makna dimodifikasi melalui proses interpretatif
2.      The Importance of the self concept.
Hal ini merupakan bagian penting dalam kepribadian individu. Konsep diri ini tentunya berbeda- beda natara individu satu dengan individu lainnya. konsep diri ini terbentuk adanya interaksi dengan lingkungannya. Konsep diri pada individu ini dapat diketahui melalui informasi, pendapat dan penilaian atau evaluasi dari orang lain.  hal ini diri dapat berilaku sebagai pemberi kepuasan terhadap objek maupun dapat mengalami kepuasan yang diberikan objek.
Mead, tubuh bukanlah diri dan baru menjadi diri ketika pikiran telah berkembang. Refletivitas diri merupakan hal yang mendasar bagi perkembangan pikiran. Mekanisme umum perkembangan diri adalah reflektivitas atau kemampuan untuk meletakkan diri kita secara bawah sadar ditempat orang lain sebagaimana mereka bertindak. Konsep dasarnya adalah siapa aku yang melibatkan hubungan sosial yang sedang berlangsung. Konsep diri dapat membentuk paradigma dan prediksi seseorang yang membuatnya dapat memacu dirinya bertingkah laku sedemikian rupa seolah- olah prediksi itu adalah sebuah kenyataan
3.      The Relationship Between The Individual and Society.
Hubungan antara kebebasan individu dan ikatan sosial. Ada dua asumsi yakni a. manusia dan kelompoknya diepngarui oleh budaya dan proses sosial. b. struktur sosial dapat berubah melalui interaksi sosial.  setiap interaksi manusia selalu dipenuhi dengan simbol- simbol. Orang lain adalah refleksi untuk melihat diri sendiri. teori intersionisme simbolik merupakan perspektif yang memperlakukan individu sebagai diri sendiri seklaigus diri sosial.
Perkembangan media dalam hal ini tentunya mampu sebagai wadah dalam mengembangkan diri. Semisal yakni twitter, facebook dan lain-lain. dalam hal ini tentu dilihat pada sistem komunikasi dalam pesan maupun interaksi yang dijalin. Pesan sendiri memiliki tiga komponen yakni makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makan, dan bentuk atau organisasi pesan. Pada dasarnya pesan tersebut berbentuk kode verbal maupun non verbal.
a.       Kode verbal, dalam hal ini pemikirannya menggunakan bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebgai seperangkat kata yang disusun secara terstruktur sehingga mengandung arti.
b.      Kode non verbal, dalam hal ini lebih identik dengan bahasa isyarat. Sebgaiamana hal tersebut hanya orang- orang tertentu yang mengetahuinya. Pemahaman dalam bahasa non verbal sendiri lebih ditekankan pada pemahaman emosi maupun kondisi psikologis seseorang.
Pada intinya cyberculture merupakan bentukan pada era globalisasi. Dalam hal ini cyberculture membentuk sebuah masyarakat baru dalam dunia maya yang sekiranya tidak jauh berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Dalam perkembangannya kini masyarakat maya sangat sulit dibedakan dengan masyarakat nyata. Pola interaksi yang digunakan sama. Secara umum era globalisasi ini lebih mempermudah kita dalam melangsungkan interaksi. Sebagai bentuk maupun wadah dalam berinteraksi era globalisasi menyidiakan media online semisal twitter, facebook, kaskus, maupun media shopping online. Media interaksi ini tentunya menandakan bahwa tidak adanya batasan maupun space dalam berinteraksi. Masyarakat telah dipermudah dan diberi kenyamanan dalam menggunakan media tersebut.
Secara nyata hal ini tentu berdampak besar bagi masyarakat. sebagai halnya mereka lebih memilih hal yang instan- instan saja dan tidak mau dipersulit dengan keadaan. Mereka lebih sering meluangkan waktu mereka kedalam dunia maya. Semisal yakni bermain game, shopping online, maupun berinteraksi melului dunia maya. Pembentukan masyarakat maya ini tentunya melalui proses. Pada dasarnya karater yang dibentuk pada masyarakat cyber ini sangat bervariatif tergantung pada diranah mana masyarakat itu dibentuk dan atas kepentingan apa masyarakat terbentuk. Sebagai halnya pada masyarakat maya pada twitter, facebook, maupun online shop.Masyarakat maya tersebut tentunya memiliki bahasa mauapun keunikan sendiri. Simbol- simbol yang digunakan sebagai ciri khas mereka. Setiap kata yang tertulis tersebut memiliki makna yang sekiranya dapat diartikan oleh golongannya. Sebagaimana interaksi terbentuk dalam masyarakat maya tersebut. 
Dalam pembahasan teori ini mengaitkan antara pola konsumerisme masyarakat modern dan juga pola interaksi yang dijalin pada dunia maya. Hal ini menggunakan teori dari Jean Baudrilard sebagai pola konsumerisme masyarakat modern dan juga pola interasionisme simbolik oleh Mead. Sebagaimana  hal ini dikemukakan untuk mengkaji apa yang ada pada cyberculture. Masyarakat ini dikaji pada dua perspektif yang berbeda. Yakni pada pola konsumerismenya dan pola interaksi yang dijalin.

Daftar Pustaka
·         Membaca Realitas CyberCulture Dengan Kacamata Jean Baudrillard. (http://digilib.uinsby.ac.id) Diakses pada 27 Mei 2015
·         Kamelia Abas Samana. Ekspresi Diri Net. Tesis. ADLN Perpustakaan UNAIR. (http://adln.lib.unair.ac.id/files/)  diakses pada 27 Mei 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar