Fungsi
Sekolah Inklusi Dalam Pemahaman Pendidik
Pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana, yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan merupakan hak sekaligus kewajiban bagi setiap warga negara.
Pendidikan pada dasarnya bersifat menyeluruh dan tidak pilah pilih dalam
melakukan pengproduksian ilmunya. Pada dasarnya proses dalam pendidikan itu
sendiri tidak terlepas akan peran penting akan pendidik dan kebijakan-
kebijakan yang ada didalamnya. Pendidikan sebagai landasan ilmu tentunya sangat
disupport oleh beberapa faktor agar hal tersebut menjadi berguna dan berimbas
positif bagi masyarakat. Adapun beberapa hal tersebut diantaranya adalah,
profsionalisme guru, sarana dan prasarana yang mumpuni, keefetifan dalam
pembelajaran, tentu juga perkembangan dan pemilihan kurikulum yang cocok untuk
sekolah tersebut. Bilamana hal tersebut dapat terjadi tidak dipungkiri bahwa
pendidikan yang bermutu akan mampu terwujud.
Pendidikan yang ada
tentu dapat diperoleh dari berbagai macam tempat maupun bentuk, baik dalam hal
ini adalah pendidikan formal, informal maupun nonformal. Ketiga bentuk
pendidikan ini tentunya melengkapi antara satu dengan lainnya. Sebagaimana
dengan tujuan pendidikan tersebut dapat diterima dan dijalankan dengan baik.
Pada perkembangannya pendidikan formal telah mengalami perkembangan,
sebagaimana dapat kita lihat dengan adanya tidak adanya pembeda maupun disama
ratakan dalam pendidikan formal tersebut. hal ini mulai dari mereka yang tidak
mampu hingga mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Tentunya dengan
perkembangan semacam ini menjadikan pendidikan lebih sama rata dan tidak ada
perbedaan didalamnya.
Pendidikan sebagai
bentuk pengproduksian dan peng transformasian ilmu, dalam hal ini tentunya
memiliki fungsi tersendiri. Pemahaman yang ada dalam individu akan fungsi
pendidikan tentunya sangat beragam dan berbeda akan yang tertulis. Pendidikan
semacam ini tentunya menjadikan berbagai pemahaman dalam konteks fungsi.
Sebanagimana ini fungsi pendidikan dibedakan akan 2 yakni, fungsi laten dan
fungsi manifest. Tentunya kedua fungsi tersebut memiliki peranan yang berbeda
dalam memaknai pendidikan sebagai tempat pembelajaran dan tindakan yang
diajarkan didalamnya. Pada pemahamannya fungsi manifest merupakan fungsi secara
garis besarnya ataupun fungsi yang menonjolkan fungsi utama ataupun yang
tersirat. Sedangkan fungsi laten merupakan fungsi yang tidak terlihat ataupun
fungsi yang dimiliki makna khusus bagi individunya.
Merton selain
memahamkan mengenai (1) fungsi manifest dan fungsi laten juga menjelaskan
beberapa hal lainnya. Sebagaimana adalah
mengenai konsep (2) integrasi sosial, dan (3) konsep alternatif fungsi.
Sehingga paradigma merton sendiri bersifat fungsional, disfungsional dan
fungsional universal. Hal tersebut menjadikan individu tergantung pada sistem/
struktur.
Pada pandangan robert k
merton mengenai fungsi manifest dan fungsi laten, pada prespektif ini merton
lebih banyak melihat hal hal objektif dan mengabaikan peristiwa- peristiwa yang
subjektif. pada penekeanan disini merton berpendapat bahwa struktural
fungsionalisme ini memebrikan tekanan- tekanan pada individu tertentu sehingga
menunjukkan kelakuan nonkonformis ketimbang konformis. Maksudnya adalah
individu sebagai pelaku yang memainkan ketentuan ketentuan yang telah dirancang
sebelumnya sesuai dengan nilai dan norma yang tidak independent. Merton
menempatkan aktor sebagai entitas yang
memiliki kebebasan yang luas untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Bagi
merton, struktur itu terintegrasi dan norma yang ada mengendalikan perilaku.
Sebagaimana pendidikan
yang didasarkan atas pendidikan multikulturalism ini sarat akan motif- motif
yang pemenuhan hasratnya. Sebagaimana hal tersebut adalah motif yang dapat
dilihat oleh masyarakat secara umum maupun motif yang hanya dapat dipahami oleh
kepentingan pribadi. Secara tidak langsung hal tersebut menjadikan kepentingan
memiliki posisi yang unggul dalam mempengarui aspek pendidikan yang berlaku.
Pendidikan yang menjadi salah satu aspek penting menjadi suatu hal yang sarat
akan nilai tersebut. Permasalahan yang menonjol akan hal ini bilamana ketidakmampuan
untuk memenui ekspetasinya. Hal ini menjadikan akan disfungsinya pendidikan
yang berjalan saat itu. Tentunya hal semacam ini harusnya mampu dihindari dan
menjadi sebuah kewajiban tersendiri untuk dibenahi. Sebagaimana fungsi akan
pendidikan sendiri.
Permasalahan yang
seringkali muncul adalah ketidak sesuain fungsi utama dengan fungsi yang
diinginkan oleh masing- masing individu. Pada konteks sekolah inklusi dapat
dilihat dalam fungsi utama pendidikan adalah untuk mengembangkat peserta didik
danpula sebagai menanamkan ketrampilan pada peserta didik untuk keperluan
mendatang, sedangkan dalam persepsi individu fungsi pendidikan ini dimaknai
secara beragam. Hal ini diantaranya adalah untuk mencari ladang untung bagi
anggota tertentu melalui dana- dana yang ada ataupun melalui pelatihan-
pelatihan. Adapula juga sebagai ladang prestise bagi sekolah- sekolah tertentu
sebagai peningkatan pamor sekolah bila mengikuti ajang ataupun kebijakan-
kebijakan tertentu. Sebagaimana hal tersebut menimbulkan masalah baru yakni
dengan tidak adanya sarana dan prasarana yang tidak memadai, selain itu adanya
ketidak sesuain pengajaran yang menimbulkan polemik dan menjadikan asal adanya
pendampingan dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar