Selasa, 05 Mei 2020

Cermin yang Tidak Pernah Salah


Cermin yang Tidak Pernah Salah

Ramadhan adalah waktu bagi kita untuk memperbaiki diri. Waktu terbaik kita dalam menimbun pahala dan selalu berusaha untuk berbuat baik. sebagaimana diri ini yang kotor dan sudah waktunya untuk dibersihkan dengan meminta ampun kepada pencipta. Ingat salah satu waktu yang paling mustajab dalam berdoa salah satunya adalah dikala sedang berpuasa. Namun kadang kala kita lupa bahwasannya diri kita itu berlumur dosa dan seolah bahwa diri kita yang paling baik diantaranya. Maka cobalah menatap cermin sejenak sebelum di hisab kelak.


Tidak ada salahnya diri ini untuk selalu melihat cermin. Bukan dalam artian kita selalu bersolek seperti para wanita pada umumnya, namun bercermin kali ini lebih pada melihat diri kita sendiri. Terkadang kita lupa siapa diri kita, dari mana diri kita, dan untuk apa diri ini diciptakan. Bukankah sudah jelas bahwa allah menciptakan jin, manusia, dan makhluk lainnya hanya untuk menyembahnya, bukan untuk kepentingan lain. Namun terkadang kita lalai dari hal itu dan lebih terpikat akan kenyamanan duniawi.

Banyak teguran dari allah yang seharusnya menjadikan diri ini sadar bahwa kita sedang melakukan  salah namun terkadang kita abaikan begitu saja. Sebagaimana hal ini ada yang mengatakan adanya tingkatan dalam masalah yang demikian. Pertama adalah teguran, kedua adanya cobaan, ketiga yakni istidraj (sudah diabaikan tidak ada teguran maupun cobaan). Maka beruntunglah kalian jika masih diberi teguran dari allah, cobalah say hello dengan allah salah satunya dengan perbaiki sholat. Karena kalau tidak melalui interkasi dengan sholat kita mau berinteraksi dengan apa lagi?.

Cermin terbaik yang ada dalam dunia ini adalah kemampuan intropeksi diri kita, sebagaimana hal tersebut sebaiknya diimbangi dengan kesadaran diri yang tinggi. Jika tidak ada korelasi antara intropeksi diri dan kesadaran diri, maka akan terkesan percuma. Sebagaimana kita tau kesalahan- kesalahan kita tapi kita sendiri tidak mau memperbaiki hal tersebut. Atau sekiranya kita ingin memperbaiki diri tapi kita tidak tau apa yang ingin kita perbaiki. Pola pikir semacam ini harus dibentuk untuk menjadikan diri kita menjadi lebih baik. lebih- lebih saat bulan ramadhan seperti ini, dimana dapat dikatakan waktu yang sesuai untuk memperbaiki diri dan menuju lebih baik.

Kadang kala manusia juga luput akan suatu hal, maka diperlukannya cermin kedua yakni teman maupun keluarga. Kenapa demikian? Ada beberapa hal cara penggunaan cermin ini yakni untuk bertanya secara langsung, ataupun hanya sebatas berkaca saja. Sebagaimana jika bertanya secara langsung tentunya kita ingin mengetahui baik buruknya diri kita menurut prespektif orang yang melihat, tentu hal ini sangat subyektif. Namun jika kita hanya berkaca maka diri ini sebaiknya memiliki pedoman terlebih dahulu. Sebagaimana jika menganut akan ajaran islam ataupun nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Bukankah sudah ada perkara yang menyebutkan “siapa yang berkumbul dengan orang yang wangi akan juga tercium wangi, jika berkumpul dengan orang yang bau maka juga akan tercium bau”. Hal itulah yang seharusnya menjadi pola penglihatan kita. jika kita lihat teman kita adalah teman- teman yang buruk menurut pandangan agama, besar kecil kita juga akan seperti itu, dan sebaliknya.

Saya sendiri merasa prihatin dengan adany statmen yang sedemikian rupa, hal ini tidak terlepas dari jika kita hanya berkumpul dengan orang yang wangi maka siapa yang akan menjadikan orang yang bau tersebut menjadi wangi. Maka alangka baiknya jika kita sudah menjadi baik, ajaklah teman- teman kalian yang sekiranya tidak baik untuk menjadi orang yang lebih baik. Maka dengan demikian ajaran maupun ilmu yang kita dapat tidak hanya kita konsumsi sendiri melainkan mampu kita bagi kepada yang membutuhkan dan lebih manfaat.

Pasti adakalanya menanyakan apasalahnya jika kita tidak bercermin? Pasti ada yang mempermasalahkan hal tersebut, karena belum terkena teguran dari allah. Sebagaimana bercermin adalah untuk diri kita sendiri tentunya. Hal yang ditakutkan ada beberapa hal yang pertama kasus jika diri kita sebelum menikah dan sesudah menikah.

Pertama jika kita sebelum menikah. Hal yang dipermasalahkan yakni jodoh. Jodoh adalah cerminan diri kita. sebagaimana sudah disebutkan jika diri kita ini baik maka akan mendapatkan orang yang baik begitu juga sebaliknya. Sudah banyak kasus seperti ini, namun terkadang mereka telat menyadari dan baru berubah setelah menikah. Lantas ada yang menanyakan kan dia baik kenapa mendapat jodoh yang buruk? Mungkin hal itu karena sebelum menikah ia adalah orang yang buruk maka ia mendapatkan jodoh yang buruk, dan ia berubah setelah menikah. Terkadang aib kita selalu ditutup menjadikan kita tidak intropeksi diri.

Kedua jika diri ini sudah menikah. Menjadi masalah adalah jika kelak perilaku mau pola pikir kita yang buruk yang menurun kepada anak. Tidak dipungkiri bahwa anak baik buruknya akan selalu melekat pada orang tua. Karena orang tualah yang mendidik mereka. perlu kita sadari hal itu, maka harus kita perhatikan bersama bagaimana diri ini dalam memanajemen diri, agar tidak salah arah dan terjerumus hal- hal yang negatif.

Semoga kita selalu dalam lindungannya dan selalu mendapatkan hidayah dari –nya.
#inspirasiramadhan        #dirumahaja      #flpsurabaya      #BERSAMADI_HARIKE-6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar