Cermin yang Tidak Pernah Salah
Ramadhan adalah waktu bagi kita
untuk memperbaiki diri. Waktu terbaik kita dalam menimbun pahala dan selalu
berusaha untuk berbuat baik. sebagaimana diri ini yang kotor dan sudah waktunya
untuk dibersihkan dengan meminta ampun kepada pencipta. Ingat salah satu waktu
yang paling mustajab dalam berdoa salah satunya adalah dikala sedang berpuasa.
Namun kadang kala kita lupa bahwasannya diri kita itu berlumur dosa dan seolah
bahwa diri kita yang paling baik diantaranya. Maka cobalah menatap cermin
sejenak sebelum di hisab kelak.
Tidak ada salahnya diri ini untuk
selalu melihat cermin. Bukan dalam artian kita selalu bersolek seperti para
wanita pada umumnya, namun bercermin kali ini lebih pada melihat diri kita
sendiri. Terkadang kita lupa siapa diri kita, dari mana diri kita, dan untuk
apa diri ini diciptakan. Bukankah sudah jelas bahwa allah menciptakan jin,
manusia, dan makhluk lainnya hanya untuk menyembahnya, bukan untuk kepentingan
lain. Namun terkadang kita lalai dari hal itu dan lebih terpikat akan
kenyamanan duniawi.
Banyak teguran dari allah yang
seharusnya menjadikan diri ini sadar bahwa kita sedang melakukan salah namun terkadang kita abaikan begitu
saja. Sebagaimana hal ini ada yang mengatakan adanya tingkatan dalam masalah yang
demikian. Pertama adalah teguran, kedua adanya cobaan, ketiga yakni istidraj
(sudah diabaikan tidak ada teguran maupun cobaan). Maka beruntunglah kalian
jika masih diberi teguran dari allah, cobalah say hello dengan allah salah
satunya dengan perbaiki sholat. Karena kalau tidak melalui interkasi dengan
sholat kita mau berinteraksi dengan apa lagi?.
Cermin terbaik yang ada dalam
dunia ini adalah kemampuan intropeksi diri kita, sebagaimana hal tersebut
sebaiknya diimbangi dengan kesadaran diri yang tinggi. Jika tidak ada korelasi
antara intropeksi diri dan kesadaran diri, maka akan terkesan percuma.
Sebagaimana kita tau kesalahan- kesalahan kita tapi kita sendiri tidak mau
memperbaiki hal tersebut. Atau sekiranya kita ingin memperbaiki diri tapi kita
tidak tau apa yang ingin kita perbaiki. Pola pikir semacam ini harus dibentuk
untuk menjadikan diri kita menjadi lebih baik. lebih- lebih saat bulan ramadhan
seperti ini, dimana dapat dikatakan waktu yang sesuai untuk memperbaiki diri
dan menuju lebih baik.
Kadang kala manusia juga luput
akan suatu hal, maka diperlukannya cermin kedua yakni teman maupun keluarga.
Kenapa demikian? Ada beberapa hal cara penggunaan cermin ini yakni untuk
bertanya secara langsung, ataupun hanya sebatas berkaca saja. Sebagaimana jika bertanya
secara langsung tentunya kita ingin mengetahui baik buruknya diri kita menurut
prespektif orang yang melihat, tentu hal ini sangat subyektif. Namun jika kita
hanya berkaca maka diri ini sebaiknya memiliki pedoman terlebih dahulu.
Sebagaimana jika menganut akan ajaran islam ataupun nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat tersebut. Bukankah sudah ada perkara yang menyebutkan
“siapa yang berkumbul dengan orang yang wangi akan juga tercium wangi, jika
berkumpul dengan orang yang bau maka juga akan tercium bau”. Hal itulah yang
seharusnya menjadi pola penglihatan kita. jika kita lihat teman kita adalah
teman- teman yang buruk menurut pandangan agama, besar kecil kita juga akan
seperti itu, dan sebaliknya.
Saya sendiri merasa prihatin
dengan adany statmen yang sedemikian rupa, hal ini tidak terlepas dari jika
kita hanya berkumpul dengan orang yang wangi maka siapa yang akan menjadikan
orang yang bau tersebut menjadi wangi. Maka alangka baiknya jika kita sudah
menjadi baik, ajaklah teman- teman kalian yang sekiranya tidak baik untuk
menjadi orang yang lebih baik. Maka dengan demikian ajaran maupun ilmu yang
kita dapat tidak hanya kita konsumsi sendiri melainkan mampu kita bagi kepada
yang membutuhkan dan lebih manfaat.
Pasti adakalanya menanyakan
apasalahnya jika kita tidak bercermin? Pasti ada yang mempermasalahkan hal
tersebut, karena belum terkena teguran dari allah. Sebagaimana bercermin adalah
untuk diri kita sendiri tentunya. Hal yang ditakutkan ada beberapa hal yang
pertama kasus jika diri kita sebelum menikah dan sesudah menikah.
Pertama jika kita sebelum
menikah. Hal yang dipermasalahkan yakni jodoh. Jodoh adalah cerminan diri kita.
sebagaimana sudah disebutkan jika diri kita ini baik maka akan mendapatkan
orang yang baik begitu juga sebaliknya. Sudah banyak kasus seperti ini, namun
terkadang mereka telat menyadari dan baru berubah setelah menikah. Lantas ada
yang menanyakan kan dia baik kenapa mendapat jodoh yang buruk? Mungkin hal itu
karena sebelum menikah ia adalah orang yang buruk maka ia mendapatkan jodoh
yang buruk, dan ia berubah setelah menikah. Terkadang aib kita selalu ditutup
menjadikan kita tidak intropeksi diri.
Kedua jika diri ini sudah
menikah. Menjadi masalah adalah jika kelak perilaku mau pola pikir kita yang
buruk yang menurun kepada anak. Tidak dipungkiri bahwa anak baik buruknya akan
selalu melekat pada orang tua. Karena orang tualah yang mendidik mereka. perlu
kita sadari hal itu, maka harus kita perhatikan bersama bagaimana diri ini
dalam memanajemen diri, agar tidak salah arah dan terjerumus hal- hal yang
negatif.
Semoga kita selalu dalam
lindungannya dan selalu mendapatkan hidayah dari –nya.
#inspirasiramadhan #dirumahaja #flpsurabaya #BERSAMADI_HARIKE-6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar