Hal Besar yang telah Dikecilkan,
Hal Kecil yang Dibesar- besarkan
Sebuah awalan yang menarik dalam
konotasi bahasa. Bagaiamana tidak karena dalam era sekarang dapat dikatakan
serba terbalik. Seperti halnya wabah yang menyerang dunia saat ini, mulanya
beberapa negara mengangap remeh wabah tersebut, termasuk indonesia salah
satunya. Percaya atau tidak para elite petinggi indonesia sempat membuat
guyonan terhadap wabah itu, mungkin disebabkan indonesia sudah pernah mengalami
wabah yang lebih besar sebelumnya. Seperti SARS, Malaria, Flu Babi maupun
penyakit lainnya dan semua mampu diamankan oleh indonesia. Lantas bagaimana
dengan yang sekarang ? lalu apa hubungannya dengan bulan ramadhan ?
Sebaik- baik masalah adalah
dengan tidak menyepelehkannya dan berusaha mengantisipasinya. Hal itulah yang
kiranya kurang direspon secara baik oleh bangsa kita. dalam senggang waktu
beberapa bulan sejak Wuhan terkena dampak COVID 19. Bangsa indonesia kurang
mempersiapkan penanganan dalam pecegahan penyakit COVID 19. Entah itu karena
optimis indonesia aman atau hanya sebatas untuk menenangkan masyarakat agar
tidak terjadi kepanikan. Sikap optimisme bahwa indonesia aman akhirnya
terbantahkan.
Dampaknya saat ini masyarakat
indonesia menjadi kalang kabut, sempat terjadi penyerbuan bahan pokok dan
menjadikan barang itu habis. Padahal sikap kita yang seperti itulah yang
menjadikan semakin terpuruk, karena proses antisipasi yang salah. Kegoncangan
masalah besar yang dialami masyarakat indonesia membuat yang berdikdayalah yang
mampu memperoleh hasil pangan namun rakyat kelas menengah kebawah tidak
mendapatkan hal yang demikian karena lahan pangan mereka sudah diambil oleh
masyarakat kelas atas.
Padahal masalah semacam itu
alangkah baiknya jika tidak terlalu dibesar- besarkan, dengan cara mentaati
kebijakan yang berlaku dalam setiap negara itu. ingat bahwa setiap negara
memiliki kebijakan yang berbeda dikarenakan budaya maupun masyarakatnya yang
juga berbeda. Jadi tidak bisa dibandingkan dengan yang lainnya. pembelian bahan
pokok secara besar- besaran menyebabkan masalah baru, yang tentunya itu sudah
jelas prihal kecil yang dibesar- besarkan.
Hal semacam inilah yang sebaiknya
kita menjadi tolak ukur kita dalam menyikapi hal apa saja yang terjadi pada
bulan ramadhan. Kenapa demikian ? coba bayangkan ada seorang anak berinisial A
yang pergi ke masjid ia selalu mengisi kontak infaq hanya dengan 500rp setiap
harinya, namun hal tersebut disepelehkan orang lain seorang anak berinisial B
yang mampu berinfaq 2.000rp dalam sekali infaqnya. Lalu ada seseorang yang
menjelaskan prihal masalah tersebut. “Bukan
prihal berapa banyak uang yang kamu infaqkan, tapi seberapa iklas kamu
meninfaqkan uang tersebut”. Kita tidak
tau bagaimana kondisi anak tersebut. ternyata si A ia berinfaq setiap hari
dengan uang pas- pasan sedangkan si B ia selalu berinfaq jika ada lebih uang
jajan saja.
Perkara infaq bagi sebagian orang
terkadang memang hal yang kecil bagi mereka yang mampu karena masih memiliki
uang untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari. Namun akan terasa berbeda jika
dalam kondisi tidak mampu kita tetap berinfaq. Bukankah sudah jelas kita
disuruh oleh Allah untuk berbagi terhadap sesamanya. Ingat jangan takut miskin
karena tidak ada dalam sejarahnya orang yang berinfaq tiba- tiba jatuh miskin
malah akan semakin kaya dan itu semua sudah dijamin sama Allah.
Banyak sekali perkara yang
terkadang dipandang remeh namun nyatanya adalah masalah besar dalam prihal
urusan dosa dan pahala. Sebagaimana yang sering kita dengar bahkan kita lakukan
sendiri yakni masalah ghibah atau menggunjing seseorang. Hal ini terlihat sepeleh
bagi sebagian orang karena tidak terasa bahkan sekedar keceplosan karena asyik
mengobrol. Namun bahaya dosanya juga tidak kalah besar dibandingkan dengan yang
lain. Hukuman bagi orang yang suka mengghibah yakni seperti memakan daging
busuk saudaranya sendiri. Itu jika mengghiba, lalu terkadang hal tersebut
berlarut- larut hingga pada tahapan fitnah. Dosa yang diterima pun lebih besar
yakni lebih besar dari pada membunuh orang.
Maka dari itu kita sebagai umat
muslim yang taat tidak boleh memperkecil / menggangap remeh sebuah masalah
ataupun mengganggap remeh dosa. Dalam menyikapi sebuah masalah kita harus bijak
dan mampu untuk berpikir secara tenang. Karena dengan demikian kita mampu
menanggulangi masalah tersebut dengan baik. Sebagaimana datangnya penyakit kita
harus menghormati datangnya penyakit dengan penanggulangan yang baik dan tidak mengurangi
atau melebih- lebihkan. Karena penyakit itu datangnya dari Allah maka kita
serahkan semuanya pada Allah dan berikhtiar sebaik mungkin dengan mentaati
kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar