Sabtu, 02 Mei 2020

Hal Besar yang telah Dikecilkan, Hal Kecil yang Dibesar- besarkan

Hal Besar yang telah Dikecilkan, Hal Kecil yang Dibesar- besarkan

Sebuah awalan yang menarik dalam konotasi bahasa. Bagaiamana tidak karena dalam era sekarang dapat dikatakan serba terbalik. Seperti halnya wabah yang menyerang dunia saat ini, mulanya beberapa negara mengangap remeh wabah tersebut, termasuk indonesia salah satunya. Percaya atau tidak para elite petinggi indonesia sempat membuat guyonan terhadap wabah itu, mungkin disebabkan indonesia sudah pernah mengalami wabah yang lebih besar sebelumnya. Seperti SARS, Malaria, Flu Babi maupun penyakit lainnya dan semua mampu diamankan oleh indonesia. Lantas bagaimana dengan yang sekarang ? lalu apa hubungannya dengan bulan ramadhan ?



Sebaik- baik masalah adalah dengan tidak menyepelehkannya dan berusaha mengantisipasinya. Hal itulah yang kiranya kurang direspon secara baik oleh bangsa kita. dalam senggang waktu beberapa bulan sejak Wuhan terkena dampak COVID 19. Bangsa indonesia kurang mempersiapkan penanganan dalam pecegahan penyakit COVID 19. Entah itu karena optimis indonesia aman atau hanya sebatas untuk menenangkan masyarakat agar tidak terjadi kepanikan. Sikap optimisme bahwa indonesia aman akhirnya terbantahkan.

Dampaknya saat ini masyarakat indonesia menjadi kalang kabut, sempat terjadi penyerbuan bahan pokok dan menjadikan barang itu habis. Padahal sikap kita yang seperti itulah yang menjadikan semakin terpuruk, karena proses antisipasi yang salah. Kegoncangan masalah besar yang dialami masyarakat indonesia membuat yang berdikdayalah yang mampu memperoleh hasil pangan namun rakyat kelas menengah kebawah tidak mendapatkan hal yang demikian karena lahan pangan mereka sudah diambil oleh masyarakat kelas atas.

Padahal masalah semacam itu alangkah baiknya jika tidak terlalu dibesar- besarkan, dengan cara mentaati kebijakan yang berlaku dalam setiap negara itu. ingat bahwa setiap negara memiliki kebijakan yang berbeda dikarenakan budaya maupun masyarakatnya yang juga berbeda. Jadi tidak bisa dibandingkan dengan yang lainnya. pembelian bahan pokok secara besar- besaran menyebabkan masalah baru, yang tentunya itu sudah jelas prihal kecil yang dibesar- besarkan.

Hal semacam inilah yang sebaiknya kita menjadi tolak ukur kita dalam menyikapi hal apa saja yang terjadi pada bulan ramadhan. Kenapa demikian ? coba bayangkan ada seorang anak berinisial A yang pergi ke masjid ia selalu mengisi kontak infaq hanya dengan 500rp setiap harinya, namun hal tersebut disepelehkan orang lain seorang anak berinisial B yang mampu berinfaq 2.000rp dalam sekali infaqnya. Lalu ada seseorang yang menjelaskan prihal masalah tersebut.  “Bukan prihal berapa banyak uang yang kamu infaqkan, tapi seberapa iklas kamu meninfaqkan uang tersebut”.  Kita tidak tau bagaimana kondisi anak tersebut. ternyata si A ia berinfaq setiap hari dengan uang pas- pasan sedangkan si B ia selalu berinfaq jika ada lebih uang jajan saja.

Perkara infaq bagi sebagian orang terkadang memang hal yang kecil bagi mereka yang mampu karena masih memiliki uang untuk mencukupi kebutuhan sehari- hari. Namun akan terasa berbeda jika dalam kondisi tidak mampu kita tetap berinfaq. Bukankah sudah jelas kita disuruh oleh Allah untuk berbagi terhadap sesamanya. Ingat jangan takut miskin karena tidak ada dalam sejarahnya orang yang berinfaq tiba- tiba jatuh miskin malah akan semakin kaya dan itu semua sudah dijamin sama Allah.

Banyak sekali perkara yang terkadang dipandang remeh namun nyatanya adalah masalah besar dalam prihal urusan dosa dan pahala. Sebagaimana yang sering kita dengar bahkan kita lakukan sendiri yakni masalah ghibah atau menggunjing seseorang. Hal ini terlihat sepeleh bagi sebagian orang karena tidak terasa bahkan sekedar keceplosan karena asyik mengobrol. Namun bahaya dosanya juga tidak kalah besar dibandingkan dengan yang lain. Hukuman bagi orang yang suka mengghibah yakni seperti memakan daging busuk saudaranya sendiri. Itu jika mengghiba, lalu terkadang hal tersebut berlarut- larut hingga pada tahapan fitnah. Dosa yang diterima pun lebih besar yakni lebih besar dari pada membunuh orang.

Maka dari itu kita sebagai umat muslim yang taat tidak boleh memperkecil / menggangap remeh sebuah masalah ataupun mengganggap remeh dosa. Dalam menyikapi sebuah masalah kita harus bijak dan mampu untuk berpikir secara tenang. Karena dengan demikian kita mampu menanggulangi masalah tersebut dengan baik. Sebagaimana datangnya penyakit kita harus menghormati datangnya penyakit dengan penanggulangan yang baik dan tidak mengurangi atau melebih- lebihkan. Karena penyakit itu datangnya dari Allah maka kita serahkan semuanya pada Allah dan berikhtiar sebaik mungkin dengan mentaati kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah.

#inspirasiramadhan        #dirumahaja      #flpsurabaya      #BERSAMADI_HARIKE-3 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar