Jumat, 08 Mei 2020

Karakter Negatif Warga Negara +62 dalam Kondisi Pandemi


Karakter Negatif Warga Negara +62 dalam Kondisi Pandemi

Sebagai warga negara yang baik tentu kita harus taat akan hukum dan kebijakan yang berlaku dari setiap negara. Hal ini tidak luput dari berlakunya sistem PSBB dan kebijakan ekonomi lainnya. dalam kasus ini kita sudah sering membahas PSBB, maka untuk kali ini saya akan membahas kebijakan perekonomian dan sikap rakyatnya terlebih dalam bulan ramadhan. Maka dari itu kita ulas dengan sebisa- bisanya. Kritik dan saran dipersilahkan.


Kebijakan penanganan ekonomi dalam fase pendemi ini dapat terbilang cukup banyak mengundang kontroversi. Sebagaimana hal ini tidak terlepas dari berbagai tumpang tindih kebijakan yang diberikan tiap instansi yang berbeda. Hal ini yang menyebabkan pihak pengekseskusi kebijakan tersebut menjadi bingung dalam menjalankannya. Adapun dalam hal ini tentunya adalah masyarakat umum seperti aparatur desa.

Kasus ini seringkali mencuat dan sering diberitakan dalam media, namun untuk kali ini kita tidak membahas hal itu, namun lebih membahas karakter masyarakat dalam menerima sebuah kebijakan itu. kebijakan yang saya maksud dalam hal ini adalah pembagian sembako bagi warga yang terdampak covid 19. Dalam beberapa kasus yang pernah saya dengar dari teman saya, dan tentu seringkali kita merasakan sendiri dapat dikatakan karakter semacam ini seperti sudah mendarah daging bagi warga +62.

Permasalahan tersebut yakni adanya sikap dominasi tangan dibawah dari pada diatas. Hal ini benar terjadi pada warga di kota X yang mendapat intruksi untuk membagikan sembako amanah dari perusahaan di dekat desa tersebut. Adapun prosedur yang berlaku yakni dilakukan pendataan dari desa tiap RT dengan kategori tertentu sesuai kriteria yang disepakati sebelumnya. Bilamana sembako tersebut lebih maka yang mendapatkan sisanya adalah para lansia tentunya mereka yang kurang mampu sesuai dengan amanah perusahaan tersebut.

Puncak konflik terjadi sesaat pembagian telah usai dilakukan, dan ternyata ada salah satu warga yang lansia tidak mendapatkan bantuan tersebut dan protes kepada ketua RT yang melakukan pendataan. Permasalahannya yakni lansia tersebut merupakan warga yang mampu terlebih para anak – anaknya merupakan orang yang sukses. Tentunya seharusnya mereka yang harusnya memberi bantuan malah meminta sembako. Hal tidak diberikan oleh ketua RT karena tidak termasuk dalam kriteria yang berlaku. Tidak mendapatkan persetujuan dari RT beliau meminta dari Kasun / kepala dusun untuk diberikan sembako. Setelah dilihat ternyata masih ada sisa dalam desa maka sembako tersebut diberikan kepada beliau. Beliau pun pulang dengan menenteng sembako dan terlihat bahagia.

Berbeda dengan warga RT lain yang sekiranya kurang mampu dan tinggalnya masih posisi ngontrak area tersebut. ia tidak meminta dan tidak mendapat bantuan, hal ini diungkapkan oleh ketua RT karena ia terlewat dari pendataan. Sebagaimana hal ini Pak RT mengharapkan beliau mendapatkan sisa sembako yang ada,karena terlupa dalam pendataan itu.

Sebagaimana hal tersebut dapat kita pahami bahwa sebaiknya dalam menyikapi kebijakan dalam pandemi covid 19 sebaiknya kita tidak hanya melihat diri kita sendiri melainkan juga orang lain. Sebagaimana kita tidak harusnya meminta sesuatu kecuali kalau kita sendiri yang diberi bantuan itu. Bukankah lebih baik tangan diatas dari pada tangan dibawah. Karakter miskin yang selalu meminta bantuan alangkah lebih baiknya diubah dengan karakter kaya yang saling membantu dengan orang- orang lainnya. Semoga kita selalu diberi kesempatan dalam berbuat kebaikan dan berbagi dengan orang lain.

#inspirasiramadhan        #dirumahaja      #flpsurabaya      #BERSAMADI_HARIKE-9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar